Akademisi: 7 Faktor Penyebab Kekerasan Muncul di Demo Mahasiswa

Selasa, 1 Oktober 2019 08:45 WIB

Sejumlah kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menggelar aksi solidaritas di depan Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis malam, 26 September 2019. Aksi solidaritas tersebut dilakukan untuk mendoakan almarhum Randi, salah satu mahasiswa Universitas Haluoleo yang tewas saat mengikuti demonstrasi di depan kantor DPRD Sulawesi Utara. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Analis politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menyebut ada tujuh faktor yang menyebabkan kekerasan kerap mewarnai demo mahasiswa. Faktor pertama adalah kekecewaan mahasiswa dan masyarakat terhadap kinerja elit politik yang buruk. "Misalnya terhadap praktek korupsi yang terus-menerus dilakukan elit politik," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 Oktober 2019.

Komisi Pemberantasan Korupsi mencatat 61 persen korupsi dilakukan oleh aktor politik. Kekecewaan itu memuncak ketika kalangan legislatif dan eksekutif bersepakat untuk melemahkan KPK lewat revisi undang-undang.

Faktor kedua, menurut Ubedilah ialah ekonomi yang melambat. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi yang berkisar pada 5,05 persen per tahun menunjukan adanya pengurangan peluang kerja hingga berkurangnya penghasilan masyarakat. Situasi ini, kata dia, dapat dengan mudah memicu kemarahan masyarakat.

Direktur Eksekutif Center for Social Political, Economic and Law Studies ini menyebut faktor ketiga ialah ketidakpastian peluang kerja anak-anak Sekolah Menengah Atas dan sederajat. Mereka, kata dia, juga kecewa pada elit politik yang lebih mementingkan diri sendiri dibanding nasib jutaan anak SMA. Kekecewaan ini, kata dia, lagi-lagi menemukan kanalnya lewat upaya melemahkan KPK.

Faktor keempat, kata Ubedilah, karena sistem politik yang tidak dijalankan sesuai dengan sistem Pancasila dan demokrasi. Kelima, menurut dia adalah kebijakan pusat yang dinilai kurang adil terhadap daerah. Hal itu, diperburuk dengan cara aparat menangani problem di daerah yang kerap menggunakan cara represif.

Advertising
Advertising

Keenam, kata dia, aparat juga kerap menggunakan cara represif dibandingkan dialogis dan kultural dalam menghadapi demo mahasiswa. "Seharusnya yang diutamakan dilakukan aparat negara adalah cara-cara dialogis dan kultural dalam menghadapi rakyatnya baik di pusat msupun di daerah. Termasuk cara aparat keamanan menghadapi para demonstran," kata dia.

Ketujuh, Ubedilah mengatakan rakyat kecewa karena elit politik lebih mementingkan kepentingan elit politik dan elit ekonomi dibanding kepentingan nasional. Hal itu, kata dia, terlihat dari dipercepatnya pembahasan sejumlah UU bermasalah seperti UU KPK, RUU KUHP dan ketenagakerjaan. "Watak elit semacam itu telah membuat kekecewaan semakin akumulatif."




Berita terkait

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

16 jam lalu

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah

Baca Selengkapnya

Demo Mahasiswa Amerika: Stop Investasi Kampus di Israel

1 hari lalu

Demo Mahasiswa Amerika: Stop Investasi Kampus di Israel

Demo Mahasiswa Universitas Columbia menuntut pembebasan Palestina, gencatan senjata di Gaza, dan penghentian kerja sama dengan Israel

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

1 hari lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

2 hari lalu

Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

Dekan FISIP Untan meminta sivitas akademika agar tak mengumbar info soal dosen yang diduga jadi joki nilai.

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

2 hari lalu

Gelombang Protes Dukung Palestina Menyebar di Kampus Bergengsi di AS

Mahasiswa di sejumlah kampus bergengsi di Amerika Serikat menggelar protes untuk menyatakan dukungan membela Palestina.

Baca Selengkapnya

Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

2 hari lalu

Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

MIrip dengan keluhan peserta Ferienjob di Jerman, sejumlah mahasiswa magang kerja di Hungaria menyebut proram ini bukan magang melainkan TKI.

Baca Selengkapnya

KPU Ungkap Alasan Launching Pendaftaran Badan Ad Hoc untuk Pilkada 2024 di Depok

4 hari lalu

KPU Ungkap Alasan Launching Pendaftaran Badan Ad Hoc untuk Pilkada 2024 di Depok

KPU menilai Depok memiliki banyak kampus besar sehingga diharapkan mereka terlibat sebagai penyelenggara dalam pelaksanaan Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Cerita Mahasiswa Unas Diminta Cantumkan Nama Dosen di Artikel Ilmiahnya

4 hari lalu

Cerita Mahasiswa Unas Diminta Cantumkan Nama Dosen di Artikel Ilmiahnya

Mahasiswa Unas sebetulnya tidak diwajibkan untuk membuat jurnal.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi

7 hari lalu

Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi

Dosen yang sebelumnya diduga jadi joki mahasiswa S2 FISIP Untan juga kerap memanfaatkan mahasiswa S1 dalam penulisan jurnal tanpa mencantumkan nama.

Baca Selengkapnya