Imparsial Tolak Internal Security Act untuk Melawan Terorisme

Reporter

Editor

Sabtu, 23 Agustus 2003 17:05 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta:Imparsial menyesalkan pernyataan Menteri Pertahanan Matori Abdul Djalil yang menyatakan Indonesia membutuhkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri atau Internal Security Act (ISA) untuk memerangi terorisme. Kami sangat menyesalkan pernyataan Matori dengan alasan hak azasi manusia untuk menerapkan ISA, kata Munir, Direktur Imparsial, di kantornya, Jakarta, Selasa (12/8) siang.

Munir mengatakan, penyelesaian masalah terorisme tidak perlu diselesaikan dengan sistem yang sama dengan apa yang diterapkan di Singapura dan Malaysia. Sistem itu, menurut Munir, merupakan sistem peninggalan kolonial yang digunakan untuk menghadapi gerakan politik pribumi. ISA ini bersifat draconian (kasar dan brutal) karena menolak prinsip demokrasi serta hak asasi manusia.

Bekas Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Bambang Widjoyanto menilai, gagasan pemberlakuan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri untuk mengatasi aksi terorisme di Indonesia adalah kurang tepat. "ISA bisa menjelma menjadi proses kembalinya Undang-Undang Subversif," kata Bambang kepada wartawan di gedung DPR/MPR Jakarta, Selasa (12/8).

Ia menjelaskan, kelemahan Undang-Undang Subversif adalah dipakai untuk mengatasi berbagai sikap, perlikau, dan pandangan kritis berbagai masyarakat. "Jadi ada pembelokan makna bahwa sikap kritis itu merupakan bagian dari makar," katanya

Peneliti Center for Strategic and International Studies Kusnanto Anggoro menilai penerapan Undang-Undang Kemanan Dalam Negeri untuk mengantisipasi aksi-aksi terorisme yang marak di Indonesia, tidak tepat. Penerapan aturan itu, menurut dia, justru dikhawatirkan dapat menyebabkan set back bagi kehidupan demokrasi di Indonesia yang sedang berada dalam masa transisi. Kalau itu (terorisme) masalahnya, jalan keluarnya saya kira bukan ISA, ujar Kusnanto.

Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra mengatakan, jajaran politik dan keamanan baru akan membahas soal Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri, Kamis (14/8) mendatang. Selama ini belum pernah ada pembicaraan resmi dari pemerintah yang membahas soal ISA. "Sudah lama ada debat, tapi belum pernah ada pembicaraan resmi, kata Yusril, Selasa (12/8).

Advertising
Advertising

Menurutnya, selama ini yang terjadi adalah lontaran beberapa pihak yang kemudian menjadi wacana. ISA sendiri adalah khas milik Singapura dan Malaysia, yang hampir sama seperti undang-undang subversif pada waktu yang lalu. "Kita tidak akan meniru apa yang dilakukan Singapura dan Malaysia," kata Yusril. (Purwanto/Yandi/Indradar/Andi-Tempo News Room)

Berita terkait

Dikepung Bencana, Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

2 menit lalu

Dikepung Bencana, Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

Akibat dikepung bencana, Kabupaten Garut Jawa Barat, tetapkan status Tanggap Darurat Bencana. Selain gempa bumi 6,2 Magnitudo yang baru terjadi kemarin, daerah ini juga tengah dilanda bencana pergerakan tanah. Tiga warga diantaranya tertimbun longsor dan 48 Kepala Keluarga mengungsi.

Baca Selengkapnya

Ricky Soebagdja Minta Tim Bulu Tangkis Piala Thomas dan Piala Uber Tak Lengah Hadapi Laga Kedua

3 menit lalu

Ricky Soebagdja Minta Tim Bulu Tangkis Piala Thomas dan Piala Uber Tak Lengah Hadapi Laga Kedua

Ricky Soebagdja mengingatkan para pemain tidak lengah pada laga Piala Thomas dan Piala Uber 2024. Tim putra hadapi Thailand, tim putri hadapi Uganda.

Baca Selengkapnya

Rencana Anies Usai MK Tolak Gugatan: Istirahat Sejenak, Lalu Perjalanan Baru

8 menit lalu

Rencana Anies Usai MK Tolak Gugatan: Istirahat Sejenak, Lalu Perjalanan Baru

Anies Baswedan membeberkan rencananya setelah gugatan kubunya ditolak Mahkamah Konstitusi.

Baca Selengkapnya

Imbauan BNPB untuk Warga Terdampak Gempa Garut

15 menit lalu

Imbauan BNPB untuk Warga Terdampak Gempa Garut

Gempa dengan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Jawa Barat pada Sabtu malam, 27 April 2024 pada sekitar jam 23.29 WIB. Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB memberi imbauan kepada warga yang terdampak gempa tersebut.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

18 menit lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Putusan Bermasalah Mahkamah Konstitusi di Sengketa Pilpres

18 menit lalu

Putusan Bermasalah Mahkamah Konstitusi di Sengketa Pilpres

Putusan Mahkamah Konstitusi menyebutkan gugatan kecurangan Pemilu di sengketa pilpres tidak terbukti.

Baca Selengkapnya

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

21 menit lalu

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

Langkawi menyuguhkan objek wisata baru berupa skywalk dengan desain untuk

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

30 menit lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Prabowo Ungkap Restu Jokowi Jadi Alasan Dia Maju Pilpres 2024

38 menit lalu

Prabowo Ungkap Restu Jokowi Jadi Alasan Dia Maju Pilpres 2024

Prabowo menjelaskan alasan mengapa dia maju dalam Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Rio Reifan Kembali Ditangkap atas Kasus Narkoba, Polisi Sita Sabu, Ekstasi hingga Obat Keras

41 menit lalu

Rio Reifan Kembali Ditangkap atas Kasus Narkoba, Polisi Sita Sabu, Ekstasi hingga Obat Keras

Polres Metro Jakarta Barat menangkap aktor Rio Reifan dalam kasus penyalagunaan narkotika di kediamannya di Jakarta Barat pada Jumat, 26 April 2024.

Baca Selengkapnya