Lenis Kogoya: Konsep Pembangunan Papua Harus dengan Hati

Reporter

Friski Riana

Editor

Juli Hantoro

Jumat, 30 Agustus 2019 17:10 WIB

Seorang pengendara motor melintasi puing bangunan yang terbakar setelah aksi unjuk rasa di Jayapura, Papua, Jumat, 30 Agustus 2019. Bahkan, massa sempat merusak mobil dinas milik Dandim Jayapura saat berunjuk rasa. ANTARA/Indrayadi TH

TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya, mengatakan, untuk menciptakan kondisi Papua yang aman maka konsep pembangunan di sana harus dengan pendekatan hati dan membenahi akar masalahnya.

"Kalau Papua aman dan Papua betul-betul aman harus kita angkat akar masalah sebenarnya. Tidak bisa kita bicara masalah Papua sekedar bicara, tapi Papua bicara utuh-utuh harus bicara benar-benar dengan hati," kata Lenis di kantornya, Jakarta, Jumat, 30 Agustus 2019.

Lenis mengungkapkan, alasan masyarakat Papua marah dan meminta referendum karena akar permasalahannya adalah implementasi Undang-Undang Otonomi Khusus yang belum maksimal. Salah satunya tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh perempuan yang belum menerima anggaran dari Dana Otsus.

Berdasarkan Perdasus Papua Nomor 25 Tahun 2013 tentang Pengelolaan dan Pengalokasian Dana Otsus Papua di Kabupaten/Kota, tiga kelompok tersebut semestinya menerima masing-masing 2 persen.

Padahal, kata Lenis, anggaran tersebut dibutuhkan tokoh perempuan untuk mama-mama membuat noken, berjualan sayur, modal usaha, dan kredit murah. Dana untuk tokoh adat diberikan agar menjaga wilayah Papua. Sedangkan dana juga dibutuhkan tokoh agama untuk pelayanan terhadap umat.

Advertising
Advertising

Selain dana otsus, akar persoalan lainnya di Papua adalah belum diangkatnya 12 ribu pegawai honorer menjadi PNS. Selain itu, ada 80 ribu orang asli Papua yang diputus hubungan kerja oleh Freeport. "Akar masalahnya dari situ, baru lah meledak satu kali yang terjadi sedikit tapi kayak api langsung nyala," katanya.

Lenis juga menyebut aturan Perpres Nomor 84 Tahun 2012 yang menyulitkan para pengusaha di Papua. Dalam perpres itu, paket pekerjaan senilai Rp 500 juta dapat melalui metode pengadaan langsung atau penunjukan langsung untuk pekerjaan di wilayah pantai, dan Rp 1 miliar di wilayah pegunungan. Pengusaha asli Papua, kata Lenis, merasa tidak ada pembinaan dari pemerintah mengenai implementasi perpres tersebut.

Salah satu langkah yang harus diambil, Lenis menyebutkan salah satunya dengan audit keuangan dana otsus sebelum UU Otsus berakhir pada 2021. Hal itu perlu dilakukan agar masyarakat Papua mengetahui pengunaan uang itu. "Supaya kami orang adat, orang awam, masyarakat kecil itu tahu penggunaan uang itu ke mana yang jelas," katanya.

Berita terkait

Polisi Sebut KKB Serang Jemaat Gereja yang Sedang Ibadah Minggu di Pegunungan Bintang Papua

17 jam lalu

Polisi Sebut KKB Serang Jemaat Gereja yang Sedang Ibadah Minggu di Pegunungan Bintang Papua

Polisi menyebut Kelompok Kriminal Bersenjata menyerang jemaat gereja yang tengah ibadah minggu di Distrik Borme, Pegunungan Bintang Papua.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

1 hari lalu

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

Aleksander Parapak tewas ditembak kelompok bersenjata TPNPB-OPM saat penyerangan Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

1 hari lalu

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

Polda Papua akan mengirim pasukan tambahan setelah penembakan dan pembakaran SD Inpres oleh TPNPB-OPM di Distrik Homeyo Intan Jaya.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

1 hari lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

2 hari lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

2 hari lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

2 hari lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

3 hari lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

3 hari lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

3 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya