Polisi Tangkap 43 Mahasiswa Papua di Surabaya
Reporter
Kukuh S. Wibowo
Editor
Amirullah
Sabtu, 17 Agustus 2019 18:34 WIB
TEMPO.CO, Surabaya - Sebanyak 43 orang anggota Aliansi Mahasiswa Papua dibawa ke markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya dari asrama mereka di Jalan Kalasan, Sabtu, 17 Agustus 2019. Kuasa hukum mahasiswa, Fatkhul Khoir, mengatakan mereka sudah tiba di kantor polisi. "Sedang didata oleh polisi, sebelum diperiksa," kata Khoir yang juga Ketua KontraS Surabaya.
Menurut dia, saat dibawa ke Polrestabes, empat mahasiswa dalam keadaan luka, tangan kanan keseleo, kaki kiri berdarah bekas lemparan gas air mata, serta luka di atas pelipis mata. "Punggung dan wajah terlihat memar," ujar Khoir.
Menurut Khoir, dalil penangkapan polisi kepada kliennya adalah perusakan dan pembuangan bendera merah putih pada Jumat, 16 Agustus. Saat itu pula polisi meminta 15 mahasiswa yang ada di asrama untuk menyerahkan diri, namun imbauan itu ditolak.
Asrama sempat dikepung aparat dan massa. Aksi saling lempar pun terjadi. Namun saat malam tiba, berangsur-angsur massa meninggalkan lokasi. Kemudian puluhan mahasiswa yang ada di luar asrama datang pada Jumat malam itu untuk mengantarkan makanan pada rekan-rekannya. "Namun mereka yang mengantar makanan ini turut ditangkap," kata Khoir.
Evakuasi puluhan mahasiswa tersebut dari asramanya berlangsung mencekam. Polisi merangsek masuk setelah membuka paksa kunci pagar. Mereka juga menenteng senjata pelontar gas air mata.
Melalui pengeras suara, polisi meminta mahasiswa keluar baik-baik. Namun seruan itu tak diindahkan. Letupan gas air mata pun terdengar. Akhirnya semua mahasiswa yang ada di asrama diangkut ke Polrestabes Surabaya menggunakan tiga unit truk. "Kami akan meminta keterangan mereka lebih lanjut," kata seorang polisi di asrama mahasiswa.
Pendamping Aliansi Mahasiswa Papua, Veronica Koman, menyesalkan cara-cara kasar polisi dalam menangkap mahasiswa. Menurut dia penangkapan itu disproporsional. "Polisi menembakkan gas air mata ke dalam rumah, untuk apa? Saya juga dengar dari telepon mereka dibentak-bentak disuruh jongkok," kata Veronica.