Busyro Muqqodas Kritik Jokowi Soal Capim KPK: Pansel Versi Istana

Sabtu, 22 Juni 2019 13:34 WIB

Busryo Muqoddas, Wakil Ketua KPK. ANTARA/Jessica Helena Wuysang

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Busyro Muqoddas, mengatakan seharusnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta pertimbangan banyak pihak sebelum membentuk panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi atau Pansel Capim KPK.

Baca: Antam Novambar dan 8 Polisi Daftar Capim KPK, Berikut Daftarnya

Sebab, kata dia, Pansel Capim KPK bertugas memenuhi kebutuhan mencari pimpinan KPK yang berintegritas melawan korupsi yang makin menggila. "Pimpinan KPK harus memiliki integritas yang bagus sehingga pemberantasan korupsi tidak mati di tengah jalan atau lemah," kata Busyro saat ditemui dalam acara Halal bihalal Muhammadiyah di Jalan Tebet Timur, Jakarta Timur, Sabtu, 22 Juni 2019.

Ketua Bidang Hukum, HAM, dan Kebijakan Publik Pengurus Pusat Muhammadiyah menyebutkan bahwa masukan itu bisa dari internal KPK yang tidak hanya melibatkan unsur pimpinan KPK. "Pimpinan sekarang juga mengalami problem keterbatasan kepemimpinan, tapi datang juga dari pegawai-pegawai yang senior yang teruji integritasnya," kata dia.
Langkah menampung aspirasi ini, kata dia, tidak ditempuh oleh Jokowi ketika menetapkan anggota pansel capim KPK. "Sehingga pansel ini, pansel versi istana melulu-melulu," ungkap dia.
Dampaknya, kata dia yakni tidak adanya anggota pansel yang berasal dari penggiat anti korupsi yang teruji dan memiliki latar belakang yang mumpuni dalam pemberantasan korupsi.
Busyro memberikan masukan bagi pansel capim KPK untuk merevisi konsep seleksi. Menurut dia, kalau konsepnya sudah ada sebaiknya itu direvisi untuk bisa menjaring pimpinan KPK yang mempunya integritas yang dibutuhkan.
Malah dalam tahap seleksi, kata Busyro anggota pansel membuat blunder proses yang mulai berjalan. "Blundernya apa? kenapa mengaitkan seleksi pimpinan KPK dengan kriteria baru yang dulu sama sekali tidak pernah ada. Apa itu? dikaitkan dengan dengan radikalime. ini apa korelasinya," kata dia.
Kalau itu dianggap penting, Busyro membandingkan dengan kebutuhan pansel untuk melakukan penelitian bersama kelompok anti korupsi dan ahli hukum pidana tentang akar korupsi di Indonesia.
"Mana yang lebih penting dengan melakukan satu penelitian bersama kelompok atau expert yang ahli lainnya tentang seluk beluk korupsi dan KPK itu. tantangannya apa, dari mana tantangan itu, bentuk tantangan apa," kata dia.

Berita terkait

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

1 jam lalu

Alexander Marwata Benarkan Pernyataan Nurul Ghufron Soal Diskusi Mutasi ASN di Kementan

Alexander Marwata mengaku membantu Nurul Ghufron untuk mencarikan nomor telepon pejabat Kementan.

Baca Selengkapnya

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

13 jam lalu

IM57+ Nilai Nurul Ghufron Panik

Nurul Ghufron dinilai panik karena mempermasalahkan prosedur penanganan perkara dugaan pelanggaran etiknya dan menyeret Alexander Marwata.

Baca Selengkapnya

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

14 jam lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan

20 jam lalu

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Mangkir tanpa Alasan, KPK: Praperadilan Tak Hentikan Penyidikan

KPK mengatakan, kuasa hukum Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor seharusnya berperan mendukung kelancaran proses hukum.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan

23 jam lalu

Nurul Ghufron Sebut Nama Pimpinan KPK Lainnya Dalam Kasus Mutasi Pegawai Kementan

Nurul Ghufron menyebut peran pimpinan KPK lainnya dalam kasus dugaan pelanggaran kode etik yang menjerat dirinya.

Baca Selengkapnya

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

1 hari lalu

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

Wakil KPK Nurul Ghufron menilai dirinya menggugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta bukan bentuk perlawanan, melainkan pembelaan diri.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

1 hari lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

1 hari lalu

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

Nurul Ghufron mengatakan tak hadir dalam sidang etik Dewas KPK karena sengaja meminta penundaan sidang.

Baca Selengkapnya

KPK Sita Kantor NasDem di Sumatera Utara dalam Kasus Korupsi Bupati Labuhanbatu

1 hari lalu

KPK Sita Kantor NasDem di Sumatera Utara dalam Kasus Korupsi Bupati Labuhanbatu

KPK menyita kantor Partai NasDem di Labuhanbatu, Sumatera Utara, dalam perkara korupsi yang menjerat Bupati Erik Atrada Ritonga.

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

1 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya