Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo saat menggelar konferensi pers insiden penembakan Sulawesi Tengah, di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan pada Senin, 31 Desember 2018 (Andita Rahma)
TEMPO.CO, Jakarta-Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri sedang melakukan profiling pelaku penyebaran berita bohong perihal tuduhan terhadap lembaga survei yang dianggap menyebarkan hasil hitung cepat atau quick count palsu di Pilpres 2019.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo menuturkan tim penyidik sudah menganalisis laporan yang dilayangkan oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia dan Charta Politika beberapa hari lalu.
"Jadi tim kami sudah analisis dan menelusuri jejak digital yang tercecer dari pelaku penyebar hoaks itu. Saat ini sedang didalami," kata Dedi saat dikonfirmasi, Ahad, 28 April 2019.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dan Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya melaporkan sejumlah akun media sosial ke polisi. Burhanuddin melaporkan akun yang telah menuduhnya menerima uang Rp 450 miliar untuk mengatur hasil quick count yang memenangkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Sedangkan Yunarto Wijaya melapor ke polisi setelah mendapat beragam teror dari nomor tak dikenal karena dituduh ikut melakukan quick count palsu. Kedua lembaga survei sama-sama dituduh melakukan kecurangan pada saat menampilkan hasil hitung cepat yang hasilnya berbeda dengan hasil real count kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali
3 jam lalu
TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali
TPNPB-OPM menyatakan menembak empat anggota aparat gabungan TNI-Polri. Penembakan itu terjadi pada Rabu, 1 Mei 2024. Keempat orang itu ditembak saat mereka sedang berpatroli.