Banjir di Kabupaten Bandung, 10 Kecamatan Terdampak
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Rina Widiastuti
Jumat, 8 Maret 2019 14:51 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Supriyatno mengatakan, banjir yang melanda Kabupaten Bandung akibat meluapnya Sungai Citarum di Kabupaten Bandung dalam dua pekan terakhir telah merendam 10 kecamatan.
Baca juga: Kata Ridwan Kamil Soal Penanganan Pasca-Banjir Bandang Pasirjati
“Banjir Kabupaten Bandung ini cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya karena melanda 10 kecamatan terdampak dengan korban mendekati 60 ribu orang terdampak,” kata dia saat dihubungi Tempo, Jumat, 8 Maret 2019.
Supriyatno mengatakan, jumlah warga yang mengungsi akibat bencana banjir tersebut menembus lebih dari 800 orang. “Sebelumnya tidak sebesar ini dampaknya,” kata dia.
Menurut Supriyatno, sementara ini penanganan bencana banjir masih ditangani oleh pemerintah Kabupaten Bandung. “Banjirnya memang agak masif, tapi ini meliputi satu wilayah di kabupaten, belum bisa ditarik untuk ditangani di tingkat provinsi,” kata dia.
Penyebab banjir, kata dia, adalah kombinasi dari kondisi geografis daerah seputaran aliran Sungai Citarum di kabupaten Bandung serta curah hujan. Aliran Sungai Citarum, misalnya tertahan struktur batuan di Curug Jompong, Kabupaten Bandung.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini sedang membangun terowongan limpasan air memutari struktur batuan Curug Jompong. Pembangunan ini untuk mempercepat aliran air sungai untuk mengurangi debit banjir.
“Mudah-mudahan tahun depan sudah berfungsi terowongan pengelak ini supaya aliran air lebih cepat. Mudah-mudahan sudah bisa mengurangi, walaupun belum menyelesaikan semua persoalan,” kata Supriyatno.
Terkait dengan penanganan korban banjir, kata Supriyatno, masih menunggu penetapan Bupati Bandung untuk status darurat banjir. “Hari ini sedang disusun kajian di tingkat BPBD Kabupaten Bandung untuk di usulkan menjadi Status Darurat,” kata dia.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah memperingatkan bahwa bulan ini merupakan puncak musim hujan. “Di bulan Maret ini sesuai dengan prakiraan cuaca dari BMKG bahwa potensi untuk hujan memang puncaknya,” kata dia.
Supriyatno mengatakan, BPBD Jawa Barat sudah meminta sejumlah daerah untuk mewaspadai potensi bencana hidroklimatologi akibat peningkatan curah hujan di puncak musim hujan bulan ini. “Ancaman bencana hidroklimatologi ini disamping banjir, juga pergerakan tanah. Itu wilayahnya ada di Jawa Barat bagian tengah dan selatan,” kata dia.
Menurut Supriyatno, kondisi Jawa Barat dengan kontur dipenuhi ratusan ribuan sesar menyimpan potensi gerakan tanah relatif besar. “Di wilayah Jawa Barat tengah dan selatan ada ribuan sesar kecil yang 10 meter, yang 5 meter, sehingga berpotensi untuk pergerakan tanah yang sangat besar,” kata dia.
Supriyatno mengatakan, BPBD meminta warga untuk mengikuti imbauan pemerintah daerah setempat, terutama yang tinggal di daerah yang masuk kategori rawan bencana agar mewaspadai ancaman bencana banjir dan longsor. “Harus siap siapa. Tanggung jawab mengatasi pengurangan risiko bencana bukan hanya pada pemerintah tapi juga masyarakat,” kata dia.
Data BMKG Bandung mencatat pada akhir pekan lalu terjadi intensitas hujan yang relatif merata dengan kategori sedang hingga lebat di Bandung dan sekitarnya. Akumulasi hujan tersebut terjadi di daerah hulu sungai Citarum.
Baca juga: 3 Warga Pasirjati Tewas Diterjang Banjir Bandang
“Di beberapa hari terjadi hujan di sekitar daerah aliran Sungai Citarum,” kata Kepala BMKG Kelas 1 Bandung, Tony Agus Wijaya pada Tempo, Jumat, 8 Maret 2019.