Perjalanan Politik Ahok Sebelum Bergabung dengan PDIP

Sabtu, 9 Februari 2019 05:57 WIB

Basuki Tjahaja Purnama alias BTP memberikan salam saat mengunjungi kantor DPD PDIP Bali di Denpasar, Bali, Jumat, 8 Februari 2019. Ahok terlihat mengenakan jaket merah berlambang PDIP. Johannes P. Christo

TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok resmi bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Staf Ahok yang juga merupakan calon legislator dari PDIP, Ima Mahdiah mengatakan Ahok sudah menjadi kader partai banteng dua hari setelah bebas dari penjara. "Sejak 26 Januari 2019," kata Ima kepada Tempo, Jumat malam, 8 Februari 2019.

Baca: Ahok Jadi Kader PDIP Dua Hari Setelah Keluar Penjara

Ima mengatakan Ahok masuk PDIP atas keinginan sendiri, bukan karena ajakan. Kata dia, mantan Gubernur DKI Jakarta itu sudah menghadap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sesaat setelah keluar dari penjara, 24 Januari. Jumat hingga Ahad ini, Ahok berkunjung ke DPD PDIP Bali bersama sejumlah petinggi DPP PDIP.

Kabar Ahok merapat ke PDIP pun sebenarnya sudah tersiar lama. Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat menyebut Ahok sudah lama ingin bergabung dengan partainya.

"Dia berkehendak, ya saya bilang boleh. PDIP kan partai terbuka, jadi siapa pun boleh masuk asalkan tetap setia ke Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan konstitusi," kata Djarot, yang juga mantan wakil Ahok di DKI ini pada Januari lalu.

Advertising
Advertising

Bergabung ke PDIP menjadi babak pertama perjalanan politik Ahok setelah bebas dari penjara. Namun, sebelum divonis bersalah atas kasus penistaan agama pada Mei 2017, karir politik Ahok sudah dimulai sejak lebih satu dekade lalu.

Berikut perjalanan politik Ahok sebelum akhirnya bergabung ke partai banteng.

1. Masuk Politik Lantaran Kesal terhadap Birokrasi

Pria kelahiran Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966 ini terjun ke politik lantaran kesal dengan birokrasi yang berbelit. Ahok merasakan kekesalan itu saat menjadi pengusaha di Belitung Timur.

Dikutip dari ahok.org, sebagai pengusaha di tahun 1995 ia mengalami pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup. Pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Sempat terpikir olehnya untuk hijrah dari Indonesia ke luar negeri, tetapi keinginan itu ditentang ayahnya. Sang ayah mengatakan, satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.

Dikenal sebagai keluarga yang dermawan di kampungnya, ayah Ahok, Kim Nam, memberikan ilustrasi. Jika seseorang ingin membagikan uang satu miliar kepada rakyat masing-masing Rp 500 ribu, uang itu hanya akan cukup dibagi untuk 2.000 orang.

Namun jika uang tersebut digunakan untuk berpolitik, maka jumlah uang di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat. Dalam berbagai acara talk show, tak jarang Ahok menceritakan ajaran sang ayah yang menginspirasinya itu.

Berita terkait

Selain soal Sikap Politik, Hasto Sebut Rakernas PDIP Akan Bahas Strategi Hadapi Pilkada 2024

5 jam lalu

Selain soal Sikap Politik, Hasto Sebut Rakernas PDIP Akan Bahas Strategi Hadapi Pilkada 2024

Rakernas PDIP yang berlangsung pada 24 sampai 26 April itu akan memutuskan target di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Hadapi Pilkada 2024, PDIP: Solid dan Jangan Tertipu yang Mengaku Sahabat tapi Berkhianat

7 jam lalu

Hadapi Pilkada 2024, PDIP: Solid dan Jangan Tertipu yang Mengaku Sahabat tapi Berkhianat

Dalam rapat partai di Majalengka, Hasto minta kader PDIP waspadai pihak mengaku sahabat tapi sebenarnya pengkhianat.

Baca Selengkapnya

Soal Sikap Usai Pilpres 2024, PDIP Akan Pertimbangkan Suara dari Bawah

8 jam lalu

Soal Sikap Usai Pilpres 2024, PDIP Akan Pertimbangkan Suara dari Bawah

Penentuan PDIP usai Pilpres 2024 nantinya akan dibahas dalam rakernas bersamaan dengan evaluasi peta politik pada pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

PDIP Khawatirkan Fenomena Calon Pemimpin Harus Punya Uang dan Koneksi dengan Aparat

9 jam lalu

PDIP Khawatirkan Fenomena Calon Pemimpin Harus Punya Uang dan Koneksi dengan Aparat

Sekjen PDIP, Hasto, mengatakan kondisi demokrasi Indonesia sedang terguncang akibat pragmatisme politik berlebihan di pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Akhir Politik Jokowi di PDIP

11 jam lalu

Akhir Politik Jokowi di PDIP

Kiprah politik Joko Widodo atau Jokowi di PDI Perjuangan sudah tamat. Mantan Wali Kota Solo itu butuh dukungan partai politik baru.

Baca Selengkapnya

3 Pesan Penting Megawati untuk Kader PDIP, Salah Satunya Jangan Pernah Bohong

13 jam lalu

3 Pesan Penting Megawati untuk Kader PDIP, Salah Satunya Jangan Pernah Bohong

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan sejumlah petuah kepada kadernya. Menekankan kadernya jangan bohong. Apa petuah lainnya?

Baca Selengkapnya

5 Hal tentang Ganjar Pranowo Setelah Berakhirnya Pilpres 2024 dan Putusan MK

14 jam lalu

5 Hal tentang Ganjar Pranowo Setelah Berakhirnya Pilpres 2024 dan Putusan MK

Ganjar Pranowo menegaskan sikap politiknya untuk tidak bergabung pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo-Gibran

Baca Selengkapnya

Masuk Bursa Cagub Jakarta, Risma: Saya Takut dan Tak Punya Uang

16 jam lalu

Masuk Bursa Cagub Jakarta, Risma: Saya Takut dan Tak Punya Uang

PDIP sebelumnya mengusulkan Menteri Sosial Tri Rismaharini hingga Menpan RB Abdullah Azwar Anas sebagai cagub Jakarta.

Baca Selengkapnya

Pesan Megawati untuk Kader yang akan Maju Pilkada 2024: Perkuat Kedisiplinan dan Kejujuran

17 jam lalu

Pesan Megawati untuk Kader yang akan Maju Pilkada 2024: Perkuat Kedisiplinan dan Kejujuran

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memimpin rapat konsolidasi menjelang Pilkada 2024 yang diikuti sejumlah kader.

Baca Selengkapnya

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

1 hari lalu

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?

Baca Selengkapnya