Bencana di 2018, Dari Gempa Lombok sampai Tsunami Selat Sunda
Reporter
Syafiul Hadi
Editor
Ninis Chairunnisa
Kamis, 27 Desember 2018 10:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sampai bulan September 2018, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat telah terjadi sebanyak 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Bencana yang paling banyak terjadi adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir dan puting beliung.
Bencana jenis itu kerap terjadi karena perubahan iklim dan atmosfer di wilayah Indonesia. Namun sebagai negara dikelilingi cincin api Pasifik atau Ring of Fire, Indonesia juga tak lepas dari bencana geologi seperti gempa dan tsunami.
Baca: BNPB: Tiga Bencana di 2018 Fenomena Langka
Berikut beberapa bencana alam besar yang terjadi di Indonesia selama tahun 2018 yang dihimpun Tempo:
1. Banjir Banyuwangi, Jawa Timur
Banjir bandang menerjang Banyuwangi pada Jumat, 22 Juni 2018. Bencana ini menimpa empat dusun di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Empat dusun yang terdampak adalah Dusun Gari, Bangunrejo, Karangrejo, dan Wonorejo.
Akibat banjir ini, 23 rumah rusak berat dari total 415 unit yang terdampak. Tak hanya merusak rumah, akses jalan dari Banyuwangi menuju Jember melalui Gambor ditutup akibat jalan tertutup lumpur setebal 50 sentimeter. Tidak ada korban jiwa dalam bencana alam tersebut.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan banjir disebabkan adanya gerakan tanah di lereng Gunung Raung sisi Banyuwangi, tepatnya dari kawasan Gunung Pendil akibat curah hujan yang tinggi. "Hujan deras yang mengguyur lereng Gunung Raung membuat endapan material vulkanik tersebut longsor. Akibatnya pohon-pohon yang ada di lereng Gunung Raung juga terseret aliran banjir," kata Anas saat datang ke lokasi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan banjir bandang disebabkan oleh longsor yang terjadi di lereng Gunung Raung setelah diterpa hujan deras sejak Kamis malam hingga Jumat pagi.
Longsor tersebut, kata Sutopo, disertai dengan pohon tumbang di hutan lereng Gunung Raung. Material longsor dan kayu gelondongan kemudian menyumbat arus sungai dan aliran permukaan hingga volume air meningkat.
Baca: BNPB: Tren Bencana 2018 Meningkat, 4.231 Orang Meninggal
2. Gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat
Gempa mengguncang Lombok, NTB pada Ahad, 29 Juli 2018. Gempa berkekuatan 6,4 skala richter itu terasa sampai Bali dan Banyuwangi. Setelah gempa pertama, ada setidaknya 203 kali gempa susulan di Lombok. Kekuatan gempa susulan itu bervariasi antara magnitudo 2,1 hingga 5,7.
Gempa pertama yang terjadi di Lombok ini berpusat di utara pulau. Gempa ini paling berdampak di wilayah Lombok Utara dan Lombok Timur. Pada gempa pertama, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa berpotensi tsunami. Namun, setelah beberapa saat peringatan dini tsunami ini dicabut.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Amin mengatakan ada sekitar 78 ribu rumah yang teridentifikasi rusak akibat gempa ini. Sedangkan data Kementerian Sosial menyebutkan gempa ini menelan korban meninggal hingga 563 orang.
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Harmensyah menuturkan kerugian akibat gempa di Lombok ini cukup besar. "Kami memperoleh nilai Rp 8,8 triliun untuk kerusakan dan kerugian," katanya Agustus lalu.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat mengklaim, pemerintah sudah menyerahkan santunan kepada korban meninggal. "Pemerintah sudah menyerahkan sekitar Rp 8,34 miliar untuk 556 korban meninggal" ujarnya.
selanjutnya, gempa Palu
<!--more-->
3. Gempa dan Tsunami Palu, Sulawesi Tengah
Gempa dengan kekuatan magnitudo 7,7 mengguncang wilayah Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada pukul 28 September 2018. Pusat gempa berlokasi di 27 kilometer timur laut Kabupaten Donggala. Akibat gempa itu, tsunami juga menyapu teluk Palu, tepatnya di daerah Pantai Talise dan sekitarnya.
BNPB mencatat jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami ini berjumlah 2.113 orang. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jumlah korban meninggal tersebar di beberapa lokasi. Di Palu korban tewas tercatat 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang.
Korban luka-luka akibat bencana ini mencapai 4.612 jiwa. Selain itu, bencana tersebut membuat 223.751 orang mengungsi di 122 titik di Palu dan Donggala. BNPB juga mencatat ada 66.926 rumah rusak. Selain itu, sekitar 2.700 sekolah dan 7 unit fasilitas kesehatan turut rusak.
Bencana alam ini termasuk yang terbesar di Indonesia selama tahun 2018. Kondisi Palu dan sekitarnya cukup hancur parah di tiga daerah yakni Petobo, Balaroa, Donggala, Sigi, dan Pantai Talise yang terkena tsunami. Kondisi diperparah karena bantuan yang sulit masuk membuat warga menjarah warung dan minimarket yang ada.
Selain gempa dan tsunami, Palu mengalami fenomena likuifaksi yang membuat sejumlah desa ditelan lumpur, diantaranya Petobo dan . Sejumlah ahli sebelumnya telah menyatakan bahwa wilayah Palu merupakan zona merah.
Baca: BNPB: 1.999 Bencana di Indonesia Terjadi hingga September 2018
<!--more-->
4. Banjir Sumatera Utara dan Sumatera Barat
Banjir bandang melanda sejumlah daerah di Sumatera Utara dan Sumatera Barat pada 12 Oktober 2018. Banjir tersebut datang setelah hujan deras beberapa hari terakhir yang salah satunya berada di Mandailing Natal. Akibat banjir ini, 11 orang siswa SD meninggal terseret arus.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Utara dan Sumatera Barat menyebutkan dalam data saat itu, bencana ini membuat 22 orang meninggal serta 15 orang hilang. Rinciannya, ada 13 orang meninggal dan 10 orang hilang di Mandailing Natal. 11 di antaranya merupakan siswa Madrasah di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan banjir disebabkan derasnya debit air Sungai Aek Saladi yang membawa lumpur hingga meluap dan menerjang bangunan sekolah dan sekitarnya. Proses evakuasi cukup sulit dilakukan mengingat korban tertimbun lumpur.
Untuk di Kota Sibolga, kata Sutopo, banjir menyebabkan longsor yang menewaskan empat orang. Sebanyak 25 rumah pun rusak berat serta 100 rumah terendam banjir dengan ketinggian 60-80 sentimeter akibat bencana ini.
Di Sumatera Barat, banjir bandang menerjang Nagari Tanjung Bonai di Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar. Empat orang meninggal dunia dan 3 orang hilang.
Sutopo menambahkan banjir juga terjadi di Kabupaten Pasaman Barat. Satu korban meninggal dunia dan dua warga hilang. Sebanyak 500 unit rumah pun terendam oleh banjir, selain itu tiga unit jembatan roboh.
selanjutnya, yang terbaru tsunami Selat Sunda
5. Tsunami Selat Sunda
Tsunami menerjang sejumlah kawasan di pesisir pantai Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam. Tsunami Selat Sunda ini disebut berbeda dari tsunami yang pernah terjadi karena tak didahului gempa bumi.
Dampak bencana tsunami Selat Sunda melanda beberapa daerah seperti pantai barat Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang dan di pantai selatan Provinsi Lampung meliputi Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, dan Pesawaran.
BMKG menyebut tsunami ini diduga disebabkan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau. Erupsi diperkirakan terjadi pada pukul 21.17 WIB dan mengakibatkan gelombang arus pasang naik. Selain erupsi, menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rachmat Triyono, tsunami Selat Sunda dipicu oleh gelombang pasang karena bulan purnama.
"Ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, ada bulan purnama namun juga terjadi erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga mengakibatkan tsunami," katanya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tsunami Selat Sunda memang tidak dipicu oleh gempa bumi. Sebab, kata dia, tidak ada aktivitas tektonik yang terdeteksi memicu tsunami. "Kemungkinan tsunami terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh dari erupsi Gunung Anak Krakatau," ujarnya. Karena bukan karena gempa bumi, tak ada sirene atau peringatan dini adanya tsunami saat kejadian.
Tsunami di Selat Sunda ini mengakibatkan ratusan orang meninggal dan ribuan luka-luka. Sampai berita ini diturunkan, data dari BNPB mencatat 373 orang meninggal, 1.459 orang luka-luka, 128 orang hilang dan 5.665 orang mengungsi.
Menurut Sutopo, bencana alam ini juga menyebabkan 681 rumah rusak, 69 hotel dan villa rusak, 420 perahu dan kapal rusak, 60 warung dan toko rusak, serta puluhan kendaraan rusak.
Saat ini, tim SAR gabungan terus menyisir lokasi bencana dan melakukan evakuasi serta pencarian korban. Bencana yang baru saja terjadi empat hari lalu ini membuat kemungkinan masih adanya korban yang tertimpa reruntuhan bangunan dan tersapu gelombang belum ditemukan.
DAVID PRIYASIDARTA | ANDITA RAHMA | CAESAR AKBAR | SAHAT SIMATUPANG | TAUFIQ SIDDIQ | ANTARA