Lika-Liku Garbi: Dari Ditolak Hingga Dianggap Gerakan Kudeta PKS

Reporter

Friski Riana

Editor

Amirullah

Rabu, 17 Oktober 2018 08:29 WIB

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta (tengah) bersama Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKS, Muhammad Taufik Ridho (kanan) dan Wasekjen PKS, Fahri Hamzah saat acara Silahturahmi Anggota Legislatif Naional (SILAGNAS) di Jakarta Selatan, 21 September 2014. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Arah Baru Indonesia menjadi cikal-bakal Gerakan Arah Baru Indonesia atau Garbi yang digagas Anis Matta. Gerakan ini mendapat penolakan dari para pimpinan Partai Keadilan Sejahtera era Sohibul Iman.

Baca: Garbi, Organisasi Relawan Besutan Eks Presiden PKS Anis Matta

"Ketika ide tentang ABI ini mulai disosialisasikan, saya melihat ada reaksi yang tidak proporsional dan reaksi yang keliru dari sebagian orang di PKS, yang kemudian menuding bahwa ABI ini adalah gerakan Pak Anis dan akan menjadi partai baru," kata Mahfudz Siddiq, politikus PKS yang dekat dengan Anis Matta.

Saat ditemui Tempo di rumahnya di Jakarta Selatan, pada Selasa, 16 Oktober 2018, Mahfudz mengungkapkan banyak pengurus PKS menyebut Garbi sebagai cikal-bakal partai baru yang dimotori Anis Matta. Padahal, kata dia, ABI merupakan visi Indonesia ke depan untuk menjadi salah satu kekuatan dunia.

Baca: Ditolak di NTT, Fahri Hamzah Tunggu Kabar dari Pengundang

Advertising
Advertising

Menurut Mahfudz, banyak pengurus di partainya yang curiga dengan ABI, hingga muncul dokumen yang berjudul mewaspadai gerakan mengkudeta PKS. Dalam dokumen itu disebutkan ABI merupakan salah satu gerakan yang harus diwaspadai. Selain itu, juga muncul sebutan G30S-PKS atau Gerakan 30 Syaikh Pemimpin Kelompok Sebelah.

"Jadi ada reaksi yang menurut saya kok jadi aneh, tidak obyektif, tidak proporsional, apriori, ABI ini gerakan kudeta, gerakan sempalan. Padahal mereka belum pernah terlibat dalam serial diskusi itu," ujarnya.

<!--more-->

Mahfudz tidak mengetahui siapa yang membuat dan menyebarkan dokumen itu. Saat dokumen sudah beredar, kata Mahfudz, para pimpinan PKS menyebutnya hoaks. Namun, di berbagai acara, muatan dokumen tersebut justru disosialisasikan secara resmi.

Bahkan, ujar Mahfudz, banyak pengurus PKS di wilayah diberhentikan dari jabatannya karena dianggap terlibat dalam ABI. "Karena kalau baca dokumen waspadai gerakan PKS itu eksplisit disebut ABI, dan apa yang harus dilakukan terhadap aktivis ABI juga. Dan pemecatan itu bagian dari skenario reaksinya," ucapnya.

Yang paling masif, kata Mahfudz, pemberhentian jabatan struktur. Misalnya, mulai dari pengurus dewan pimpinan wilayah di NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat. Tidak hanya di level provinsi, pergantian pengurus juga masif dilakukan di tingkat kabupaten kota.

Baca: Kehadiran Fahri Hamzah Bakal Ditolak, Garbi NTT: Kami Evaluasi

Dalam dokumen mewaspadai gerakan mengkudeta PKS, ABI dikategorikan sebagai gerakan yang sangat berbahaya atau extremely red alert. ABI juga disebut memiliki tujuan mengambil alih atau mengkudeta majelis syuro dan partai, dan gerakannya masif di semua lini.

Seperti yang disampaikan Mahfudz, dokumen tersebut menyebutkan rekomendasi yang dilakukan terhadap ABI, yaitu pembersihan majelis syuro, struktur, caleg, calon kepala daerah melalui penyadaran dan imunisasi kader. ABI juga disebut muncul sejak 2002, lalu masif pada 2015-2018.

Mahfudz menuturkan, ide tentang arah baru Indonesia sebetulnya didiskusikan sejak pemilu 2014 ketika Anis Matta masih menjabat sebagai Presiden PKS. Sejumlah pejabat teras PKS yang saat itu terlibat dalam pembentukan gagasan ABI, di antaranya Anis Matta, Mahfudz, Fahri Hamzah, Jazuli Juwaini, Sukamta, almarhum Taufik Ridlo, dan Mahfudz Abdurrahman.

Mahfudz menuturkan, ide ABI semula akan menjadi agenda yang diusung PKS sebagai partai politik. Gagasan tersebut bahkan sudah mulai disosialisasikan ke pimpinan PKS di wilayah setelah pemilu 2014. Bahkan, ketika Anis Matta digantikan Sohibul Iman, sosialisasi ide ABI terus berlanjut hingga terbentuk Gerakan Arah Baru Indonesia.

"Ya sudah kalau memang ini dimusuhi kita cari wadah alternatif untuk perjuangkan ini. Wadahnya bukan partai politik tapi ormas Garbi," kata kata Mahfudz.

Berita terkait

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

4 hari lalu

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

Kabar PKS gabung koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran membuat Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah keluarkan pernyataan pedas.

Baca Selengkapnya

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Prabowo, Alasan yang Mengemuka dan Luka Konflik Internal Masa Lalu

5 hari lalu

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Prabowo, Alasan yang Mengemuka dan Luka Konflik Internal Masa Lalu

Waketum Partai Gelora Fahri meminta PKS mempertimbangkan dengan matang keputusan bergabung atau tidak dengan pemerintahan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

26 hari lalu

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

Muncul kabar bahwa KPK dan Ombudsman akan dilebur, bagaimana respons aktivis antikorupsi dan para pengamat?

Baca Selengkapnya

Saat Grace Natalie PSI 'Senggol' Gelora dan PKB soal Lonjakan Suara

4 Maret 2024

Saat Grace Natalie PSI 'Senggol' Gelora dan PKB soal Lonjakan Suara

Partai Gelora dan PKB 'disenggol' Grace Natalie PSI soal lonjakan suara dalam quick count sebuah lembaga survei. Apa kata Gelora dan PKB?

Baca Selengkapnya

Respons Fahri Hamzah soal Partai Gelora Alami Lonjakan Suara

3 Maret 2024

Respons Fahri Hamzah soal Partai Gelora Alami Lonjakan Suara

Partai Gelora menjadi sorotan selain PSI karena mengalami lonjakan suara dalam real count sementara KPU

Baca Selengkapnya

Fahri Hamzah dan Partai Gelora Setuju Ambang Batas Parlemen Dihapuskan

2 Maret 2024

Fahri Hamzah dan Partai Gelora Setuju Ambang Batas Parlemen Dihapuskan

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan ambang batas parlemen atau parliamentary threshold harus dihapuskan. Hal

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo-Gibran Menang: Akankah Bahlil, Habiburokhman, Grace Natalie, Gus Miftah hingga Raffi Ahmad Jadi Menteri?

18 Februari 2024

Jika Prabowo-Gibran Menang: Akankah Bahlil, Habiburokhman, Grace Natalie, Gus Miftah hingga Raffi Ahmad Jadi Menteri?

Jika Prabowo-Gibran menang, pendukung utama seperti Habiburokhman, Grace Natalie, Bahlil, Zulhas, hingga Gus Miftah dan Raffi Ahmad bisa jadi menteri?

Baca Selengkapnya

Film Dirty Vote Ulas Dugaan Permainan Aturan KPU untuk Loloskan Partai Gelora di Pemilu 2024

12 Februari 2024

Film Dirty Vote Ulas Dugaan Permainan Aturan KPU untuk Loloskan Partai Gelora di Pemilu 2024

Bagaimana dugaan permainan aturan KPU untuk meloloskan Partai Gelora yang diulas di film Dirty Vote?

Baca Selengkapnya

Timnas Amin Minta Fahri Hamzah Tak Sombong Bilang Anies dan Cak Imin Bakal Jadi Tersangka

1 Februari 2024

Timnas Amin Minta Fahri Hamzah Tak Sombong Bilang Anies dan Cak Imin Bakal Jadi Tersangka

Timnas Amin Minta Fahri Hamzah Tak Sombong Bilang Anies dan Cak Imin Bakal Jadi Tersangka

Baca Selengkapnya

Anis Matta Nilai Gibran Tak Perlu Mundur sebagai Wali Kota Solo Meski Sering Cuti Kampanye

20 Januari 2024

Anis Matta Nilai Gibran Tak Perlu Mundur sebagai Wali Kota Solo Meski Sering Cuti Kampanye

Anis Matta menyatakan tidak ada aturan yang mengharuskan Gibran untuk mundur dari jabatan Wali Kota Solo selama pencalonan di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya