Ketua KPAI Seto Mulyadi atau Kak Seto melakukan trauma healing dengan mengajak anak-anak korban gempa tsunami Palu bermain di kantor Dinas Sosial Palu, Sulawesi Tengah, Jumat, 5 Oktober 2018. Dampak gempa tsunami Palu mempengaruhi psikologi anak sehingga membutuhkan penanganan untuk menghilangkan trauma. ANTARA/Muhammad Adimaja
TEMPO.CO, Palu - Anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang paling mudah terkena trauma, termasuk saat terjadi bencana. Oleh karena itu penanganan pemulihan trauma pada anak pascabencana sangat penting dilakukan agar mereka dapat tubuh dan berkembang secara normal.
"Pemulihan trauma terhadap anak untuk menjamin kelangsungan generasi," kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat, 5 Oktober 2018. Pria yang memiliki sapaan akrab Kak Seto itu berada di Palu untuk membantu pemulihan anak-anak yang menjadi korban gempa dan tsunami.
Seto mengatakan, upaya pemulihan pascabencana ini untuk mencegah anak memiliki kepribadian buruk. Sebab bencana yang disaksikan membuat jiwanya terguncang. Ujungnya, anak menjadi kurang percaya diri, cepat marah, mudah meledak-ledak secara negatif, penuh dengan masalah, tidak bisa bekerja sama, tidak percaya pada orang, sehingga potensi-potensi yang dimiliki akan redup.
Menurut Seto, pemulihan trauma ini diperlukan agar anak tetap bahagia dan melupakan melupakan kejadian buruk yang ia saksikan. Dengan kebahagiaan inilah anak bisa tumbuh lalu mengembangkan potensi yang dimiliki.
Seto menilai, sejauh ini penganan terhadap anak korban bencana di Indonesia sudah cukup namun perlu banyak perbaikan. "Pemerintah sudah turun tangan melalui Kemensos, itu Alhamdulillah. Tapi menurut saya perlu di bawah satu koordinasi," kata Seto.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?