Sejarawan Susanto: Pemerintah Perlu Belajar Maritim Sriwijaya

Reporter

Tempo.co

Editor

Ali Anwar

Rabu, 8 Agustus 2018 01:37 WIB

Ahli sejarah maritim Departemen Sejarah Universitas Indonesia Susanto Zuhdi dalam Seminar Kesejarahan Sriwijaya dan Poros Maririm Dunia di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa, 7 Agustus 2018. Tempo/Ali Anwar

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli sejarah maritim Departemen Sejarah Universitas Indonesia Susanto Zuhdi mengatakan pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo ada momentum penting untuk membangkitkan semangat perdamaian dan kemakmuran bagi Indonesia serta negara-negara Asean dan Asia.

Baca juga: Kembalikan Poros Maritim, Hilmar: Dirikan Pusat Studi Sriwijaya

“Momentum tersebut adalah perhelatan Asia Games 2018 di Jakarta dan Palembang dengan moto The Energy of Asia,” kata Susanto dalam Seminar Kesejarahan Sriwijaya dan Poros Maririm Dunia di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa, 7 Agustus 2018.

“Momentum ini untuk mewujudkan kekuatan Asia.” Mantan Staf Ahli Menteri Pertahanan RI itu juga memuji upaya Pemerintah Indonesia yang menawarkan konsep Indo-Pasifik. “Guna menjadikan Asean sebagai kawasan yang damai dan makmur,” kata Susanto.

Namun, untuk meraih momentum tersebut, Susanto menyarankan pemerintah agar berkaca dari makna sejarah yang dilakukan para pemimpin kepulauan Nusantara pada masa silam. “Makna historis kejayaan Sriwijaya, sebagai contoh, menjadi sangat penting sebagai modal bersama untuk membangun bangsa,” ujar Susanto.

Advertising
Advertising

Menurut Susuanto, untuk memahami Sriwijaya kita perlu memperhatikan faktor tiga periodesasi kekuasaan kerajaan yang terletak di kawasan Selat Malaka itu. Faktor pembentuk kekuatan Sriwijaya dalam rentang periode pertama (abad 7-11).

Saat itu, kata Susanto, terjadi perpaduan antara produk komoditas dari wilayah kuasa Sriwijaya dan kemampuan mengelola jaringan pelayaran dan perdagangan antarbangsa. “Ini memegang peran utama,” ujar Susanto.

Periode kedua (abad 12-13), Sriwijaya masih mampu mengendalikan perdagangan antarbangsa, terutama ke Cina. “Ketika Cina memperluas perdagangannya ke Koryo, Jepang, Champa, Angkor di Asia Tenggara, Sriwijaya disebut sebagai mitra terdekat dan terkuat.

“Sriwijaya banyak mengirim utusan pedagang kaya yang berlabuh di Guangzhou dengan membawa kemenyan, salah satu pedagangnya bernama Shih No-wei,” ucap Susanto.

Periode ketiga (abad 14), menandai runtuhnya Sriwijaya. Pada periode ini, Susanto menambahkan, terlihat kecenderungan baru yakni terjadinya pergeseran dan perubahan pusat kekuasaan. “Ada yang ke utara Semenanjung dan ke Timur, yang menghubungkan wilayah Asia Tenggara dengan Pasifik,” kata Susanto.

Mengapa Sriwijaya menjadi kerajaan maritime yang mandiri, kuat, dan sejahera? Kata kuncinya, kata Susanto, adalah manajemen pemerintahan yang baik, pertahanan dan keamanan yang kuat, serta melibatkan Orang Selat atau Orang Laut sebagai armada pengawal kedaulatan Sriwijaya. “Orang Selat atau Orang Laut menjadi faktor ketiga kejayaan Sriwijaya,” ucap Susanto.

Namun, menurut Susanto, kerajaan maritim Sriwijaya mulai merosot tatkala pemimpinnya menempatkan sebagian besar orang-orang daratan untuk mengisi formasi pasukannya. “Sementara orang laut telah menyingkir. Ahli navigasi dan penyelam ulung dari orang laut pun otomatis berkurang, maka keruntuhan Sriwjaya sudah tinggal menunggu waktu,” kata Susanto.

Berkaca dari sejarah kejayaan dan keruntuhan Sriwijaya, kata Susanto, bila pemerintah saat ini ingin dapat meraih momentum untuk membangkitkan semangat perdamaian dan kemakmuran bagi Indonesia serta negara-negara Asean dan Asia, maka harus memenuhi syarat yang dimiliki raja-raja Sriwijaya.

“Manajemen pememrintahan diperbaiki, kualitas pertahanan keamanannya ditingkatkan, dan melibatkan orang laut selaku penguasa laut,” kata Susanto. Ironisnya, ujar Susanto, saat ini pemerintah justru mengabaikan potensi besar orang laut.

“Mereka hidup tercecer dan terpinggirkan di Kepulauan Riau. Anehnya lagi perkampungan mereka disebut sebagai ‘hinterland’ dengan nada merendahkan,” ucap Susanto.

Kalau kondisinya seperti itu, Susanto khawatir kelak Indonesia menjadi bangsa yang ulung. “Sama seperti pasca Sriwjaya, ketika anak bangsa tak mampu menangkap pesan yang sarat nilai, semangat dan enerji kebaharian Sriwijaya tempo dulu, karena Palembang kini semakin tak menyisakan bukti-bukti kejayaannya,” ucap Susanto.

Susanto mengaku optimistis jika perspektif historis Sriwijaya dikadikan inspirasi penyelenggara negara untuk mewujudkan konsep Indo-Pasifik dan The Energy of Asia. “Karena itu, sudah seharusnya momentum ini diperjuangkan demi cita-cita mewujudkan dunia yang damai dan sejahtera,” kata Susanto.

Berita terkait

Jokowi dan Ma'ruf Amin Dukung Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Usai Gagal ke Final Piala Asia U-23 2024

1 jam lalu

Jokowi dan Ma'ruf Amin Dukung Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Usai Gagal ke Final Piala Asia U-23 2024

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin tetap memberikan dukungan semangat kepada Timnas U-23 Indonesia bisa lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Catatan Dosen Unair untuk Relokasi ASN ke IKN: Kebijakan Terburu-buru

13 jam lalu

Catatan Dosen Unair untuk Relokasi ASN ke IKN: Kebijakan Terburu-buru

Sejak Oktober 2023 lalu, Pemerintah telah mengumumkan keputusan untuk memindahkan Aparatur Sipil Negara (ASN) ke Ibu Kota Nusantara atau IKN

Baca Selengkapnya

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan dari Pemerintah: Iriana, Anwar Usman, dan Bobby Nasution

1 hari lalu

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan dari Pemerintah: Iriana, Anwar Usman, dan Bobby Nasution

Sejumlah keluarga Presiden Joko Widodo atau Jokowi mendapat penghargaan dari pemerintah: Iriana, Bobby Nasution, dan Anwar Usman.

Baca Selengkapnya

Marak Judi Online, Menteri Komunikasi: Susah, Seperti Menghadapi Hantu

2 hari lalu

Marak Judi Online, Menteri Komunikasi: Susah, Seperti Menghadapi Hantu

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan akan terus mempersempit ruang gerak bagi pelaku judi online.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

3 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ucapkan Selamat ke Timnas U-23 Indonesia yang Lolos ke Semifinal Piala Asia U-23 2024

4 hari lalu

Jokowi Ucapkan Selamat ke Timnas U-23 Indonesia yang Lolos ke Semifinal Piala Asia U-23 2024

Timnas U-23 Indonesia melaju ke semifinal Piala Asia U-23 2024 setelah menyingkirkan Korea Selatan lewat adu penalti 11-10 menyusul hasil 2-2.

Baca Selengkapnya

Asal Usul Munculnya Kabar Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

4 hari lalu

Asal Usul Munculnya Kabar Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Gerindra menepis kabar kerenggangan hubungan antara Jokowi dan Prabowo Subianto. Lantas, darimana munculnya kabar tersebut?

Baca Selengkapnya

Gibran Wakil Presiden Terpilih, Berapa Gaji dan Tunjangannya?

4 hari lalu

Gibran Wakil Presiden Terpilih, Berapa Gaji dan Tunjangannya?

Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi mengumumkan Prabowo-Gibran sebagai presiden-wakil presiden terpilih. Berapa gaji dan tunjangan Gibran?

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Keluhkan Rp 180 Triliun Hilang karena Pengobatan ke Luar Negeri, Es Krim Magnum Mengandung Plastik dan Logam

5 hari lalu

Terkini: Jokowi Keluhkan Rp 180 Triliun Hilang karena Pengobatan ke Luar Negeri, Es Krim Magnum Mengandung Plastik dan Logam

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masyarakat berobat ke luar negeri. Es krim Magnum ditarik karena mengandung plastik

Baca Selengkapnya

Luhut Temui Perdana Menteri Singapura, Buka Peluang Kerja Sama Baru

6 hari lalu

Luhut Temui Perdana Menteri Singapura, Buka Peluang Kerja Sama Baru

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menemui Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong.

Baca Selengkapnya