TEMPO Interaktif, Nias: Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Nias William P. Sabandar mengatakan investasi sebesar Rp 42 miliar yang telah dilakukan BRR untuk merehabilitasi dan membangun jaringan listrik sisa-sia. "Karena PLN tidak juga menambah daya listrik," katanya di kantornya, Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, kemarin. Pembangunan kembali jaringan listrik yang rusak akibat gempa dilakukan secara bertahap pada 2005, 2006 dan 2007. Saat ini telah terdapat sedikitnya 262 sambungan listrik dengan panjang kabel 72 km dan 35 transformers telah dipasang di 4 kecamatan. "Semua itu tidak menjadi apa-apa kalau daya listrik tidak ditambah," katanya. Pasokan listrik dari PLN ranting Nias hanya 10 megawat sementara kebutuhan listrik mencapai 13 hingga 15 megawat. Akibat pasokan listrik yang kurang, listrik di dua Kabupaten di Kepulauan Nias, yaitu Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan sering padam. Hal ini dikeluhkan sejumlah pengusaha hotel. "Banyak penginapan yang ditinggal tamu karena setiap air conditioner dinyalakan, mati lampu," kata Agus Mendrofa, salah seorang pemilik penginapan di Gunung Sitoli, Kabupaten Nias. Sering padamnya listrik juga dikeluhkan pengelola rumah sakit Gunung Sitoli Husin A Gafar. "Listrik seringkali padam saat ada operasi bedah," katanya. Hal ini juga mempercepat kerusakan alat-alat kesehatan di rumah sakit tersebut. Untuk menutupi kurangnya pasokan listrik, menurut William, BRR telah membangun dua pembangkit listrik tenaga mini hidro di Desa Alasa dan Gomo, Kabupaten Nias Selatan. Masing-masing pembangkit yang dibangun dengan dana Rp 1 milar tersebut mampu menghasilkan 40 kpa. "Satu pembangkit cukup untuk menerangi 2 desa," katanya. Namun ia tetap mendesak PLN segera menambah pasokan listrik agar dana Rp 42 miliar yang telah digelontorkan BRR untuk membangun jaringan listrik tidak mubazir. "Kalau tahu begini duit itu mending dibagi-bagikan langsung ke masyarakat," katanya. Dwi Riyanto Agustiar