TEMPO Interaktif, Kediri: Kepolisian Resort Kota Kediri, Jawa Timur, menangkap 6 anggota sindikat pemalsu dokumen kendaraan bermotor, Senin (29/10). Saat ini polisi tengah menyelidiki kemungkinan adanya keterlibatan anggota kepolisian maupun petugas Kantor Samsat (Sistem Administrasi Satu Atap) Kediri dalam sidikat itu. "Wilayah operasi mereka adalah provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Kediri Ajun Komisaris Polisi Purdiyanto. Menurut Purdiyanto, keenam anggota komplotan itu adalah, Suwito (Sidoarjo), Suparno (Nganjuk), Subianto (Pati), Pramono (Rembang), Fatoni dan Rizki (Kudus). "Awalnya ada warga bernama Suprianto yang mengajukan kredit ke sebuah perusahaan leasing. Ternyata BPKB mobil truck yang diagunkan itu palsu," kata AKP Purdiyanto. Begitu mengetahui surat-surat kendaraannya palsu, perusahaan leasing segera melapor ke polisi. "Suprianto mengaku membeli truck dari Pramono melalui dua orang makelar, yaitu Subianto dan Suparno," kata AKP Purdiyanto. Dari keterangan Suprianto, polisi memburu pelaku hingga ke Rembang, Jawa tengah dan berhasil membekuk komplotan tersebut. Saat menangkap Pramono di Rembang, polisi juga menyita tiga unit mobil yang diduga memiliki dokumen (BPKB dan STNK) palsu. Ketiga mobil itu adalah, Daihatsu Espass dengan nomor polisi L 1659 YL, Toyota Kijang (H 9287 FD) dan Toyota Kijang (H 7163 D). Pramono juga mengaku telah menjual tiga unit mobil lainnya kepada Rizki, seorang pegusaha rental mobil di Kudus, Jawa Tengah. Polisi pun memburu dan menangkap Rizki serta menyita tiga mobil tersebut. Ketiga mobil itu adalah, Toyota Kijang LSX (B 6791 CG), Toyota Avanza (K 8888 ZK) dan Isuzu Panther (K 9171 YA). "Saat Pramono menjual mobil-mobil itu kepada Rizki, Fatoni dan Subianto mengetahuinya. Mereka juga dianggap mengetahui prosesnya," kata Purdiyanto. Dari pengakuan para tersangka, dokumen-dolumen kendaraan itu dipesan dari seseorang di Probolinggo, Jawa Timur, berinisial NR. Orang itu kini tengah diburu tim Reskrim Polresta Kediri. "Kami terus mengejar termasuk menyelidiki jika ada keterlibatan oknum polisi dan Samsat," kata Purdiyanto. (Dwijo U. Maksum)