Para pembaca puisi dan pimpinan Tempo berfoto bersama dalam acara Panggung Puisi dan Musik di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, 8 Mei 2018. Acara yang diadakan oleh Tempo dan DPR ini untuk memperingati 20 Tahun Reformasi. TEMPO/Rezki Alvionitasari.
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi membacakan puisi karya Sapardi Djoko Damono dalam acara Panggung Puisi dan Musik di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rangkaian acara 20 Tahun Reformasi.
Puisi Sapardi berjudul Dongeng Marsinah berkisah tentang aktivis buruh yang begitu lantang menyuarakan kepentingan rakyat, Marsinah.
Buruh PT Catur Putera Surya itu hilang setelah berunjuk rasa menuntut kenaikan upah buruh di Tanggulangin, Sidoarjo. Aksi tersebut terkait dengan keluarnya peraturan Gubernur Jawa Timur, yang mengimbau pengusaha menaikkan gaji hingga 20 persen dari gaji pokok.
"Puisi ini dibuat lama sekali, memakan waktu 3 tahun," tutur Retno. Menurut dia, Sapardi membuat puisi ini pada periode 1993-1996.
"Marsinah buruh pabrik arloji, mengurus presisi: merakit jarum, sekrup, dan roda gigi; waktu memang tak pernah kompromi, ia sangat cermat dan pasti," ucapnya membacakan puisi yang panjang ini.
"Marsinah itu arloji sejati, melingkar di pergelangan tangan kita ini; dirabanya denyut nadi kita, dan diingatkannya agar belajar memahami hakikat presisi."
Puisi yang dibacakan para pengisi acara untuk 20 Tahun Reformasi ini dipilihkan Tempo. Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Arif Zulkifli mengatakan, sajak tentang Marsinah adalah catatan penting tentang hak asasi manusia yang belum selesai. Retno, kata dia, mengaku sedih membacakan sajak ini. "Bu Retno memilih baju hitam untuk mengenang Marsinah," tuturnya.