TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo berduet dengan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan membacakan puisi karya W.S. Rendra dalam acara Panggung Puisi dan Musik di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 8 Mei 2018. Acara yang diadakan Tempo dan DPR ini untuk memperingati 20 Tahun Reformasi.
Bambang, yang memakai baju serba hitam, berdiri di atas panggung bersama Zulkifli, yang memakai jas biru. Mereka membacakan karya Rendra yang berjudul Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia. Puisi ini dibuat atas peristiwa 18 Mei 1998, saat mahasiswa menduduki DPR. Puisi ini dipersembahkan kepada para pahlawan Trisakti yang gugur di medan reformasi.
Baca: Bambang Soesatyo: Gedung DPR Saksi Sejarah 20 Tahun Reformasi
Berikut ini penggalan puisi yang dibacakan Bambang dan Zulkifli.
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah merajalela tanpa alamat
Kelakuan muncul dari sampah kehidupan
Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah
Giliran Zulkifli membacakan penggalan puisi lain,
O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan
Baca: Ketua DPR dan Menteri Bacakan Puisi di Acara 20 Tahun Reformasi
Keduanya pun mendapat sambutan tepuk tangan meriah. Sebelum turun dari panggung, Zulkifli menyatakan deg-degan membacakan puisi ini. Ia juga menyampaikan, setelah reformasi, banyak yang dicapai bangsa Indonesia. "Sebagai bangsa yang besar, kita syukuri," ujarnya.
Ia pun sempat meminta maaf jika pembacaan puisinya kurang memuaskan. "Maaf kalau kami pas-pasan membacakan puisi ini," ucapnya.
Pemain film dan musisi, Morgan Oey, juga turut membacakan puisi karya sastrawan Joko Pinurbo yang berjudul Baju Baru. Jokpin, sapaan penyair tersebut, menulis sajak ini untuk menyindir krisis ekonomi saat itu. "... Bapak belikan aku baju, hadiah naik kelas. Bajuku bagus, bagus bajuku," ucap Morgan saat membaca puisi itu.
Aktor Reza Rahadian membawakan sajak Wiji Thukul berjudul Nyanyian Abang Becak. Puisi ini menggambarkan situasi ekonomi Indonesia yang sedang dilanda krisis. "Siapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesak?" kata Reza. Puisi itu juga ada yang berbahasa Jawa. Reza pun membacakannya dengan penuh penghayatan.
Baca: Wapres JK: 20 Tahun Reformasi Hasilkan 3 Perubahan Pokok