Novel Baswedan dan Obrolan dengan Kolega di KPK
Reporter
Arkhelaus Wisnu Triyogo
Editor
Ninis Chairunnisa
Kamis, 12 April 2018 09:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Novel Baswedan masih sering berkomunikasi dengan koleganya di Komisi Pemberantasan Korupsi ketika menjalani perawatan mata di Singapura. Obrolan soal kondisi kesehatan, pekerjaan, sampai penanganan kasus perkara korupsi tak lepas dari penyidik senior lembaga antirasuah itu.
"Kadang kala kita bicara terkait hal-hal semangat untuk perjuangan pemberantasan korupsi ke depan," kata Novel saat ditemui Tempo di rumahnya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta pada Jumat, 6 April 2018. Suksesi kepengurusan Wadah Pegawai KPK pun masih menjadi tanggung jawab Novel.
Baca: Sebagai Pengingat Kasus Novel Baswedan, Diluncurkan Tiktoknovel
Namun, obrolan sesama kolega di lembaga antirasuah tak bisa berlangsung lama di masa pemulihan. Mendapatkan luka akibat serangan subuh hari pada 11 April 2017, Novel harus menjalani perawatan intensif untuk memulihkan penglihatannya. Siraman air keras dari dua orang tak dikenal membuat Novel harus mengimplan total mata kirinya dan memakai hard lens untuk mata kanannya.
Novel harus berfokus untuk memulihkan pertumbuhan selaput matanya. Pembicaraan seputar pekerjaan dikhawatirkan mengganggu kesehatan, psikologis, dan kondisi matanya. "Walaupun dokter juga bilang tidak serta-merta masalah psikologis yang dilihat," ujar Novel, laki-laki kelahiran Semarang, 40 tahun lalu itu. Alhasil, ia pun tak lagi harus membuat keputusan penting dalam pengusutan perkara korupsi.
Novel adalah penyidik KPK yang kerap menangani kasus-kasus korupsi besar. Ia pernah menangani kasus korupsi pengadaan simulator kemudi kendaraan roda dua dan roda empat pada 2003-2010 dan 2010-2012 yang merugikan negara Rp 121,8 miliar. KPK menjerat Kepala Korps Lalu Lintas Inspektur Jenderal Djoko Susilo dalam kasus ini.
Novel juga memimpin pengusutan kasus korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik di Kementerian Dalam Negeri pada 2011-2012. Kerugian negaranya mencapai Rp 2,3 triliun. Pada saat menangani kasus inilah, Novel mendapatkan teror penyiraman air keras seusai salat subuh di masjid dekat rumahnya tepat setahun lalu. Serangan itu tak lama setelah Novel menandatangani Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan untuk Setya Novanto.
Kepada Tempo, Novel sumringah membicarakan kasus-kasus korupsi yang pernah ditanganinya. Bagi dia, pengusutan kasus korupsi hingga mengejar dugaan tindak pidana pencucian uangnya adalah sebuah tantangan. Ia pun menduga teror atas dirinya akibat penanganan kasus korupsi di KPK. "Saya kok khawatirnya begitu," ujar Novel. Setahun berlalu, Novel tinggal menunggu waktu untuk memulihkan penglihatannya sebelum kembali bekerja.
Baca: Jokowi Bentuk TGPF Novel Baswedan Jika Kapolri Angkat Tangan
Pengungkapan kasus penyerangan Novel Baswedan pun menjadi tantangan yang harus diselesaikan kepolisian. Banyak pihak telah mendorong kepolisian untuk segera menyelesaikan kasus tersebut. Misalnya dari Ketua DPR Bambang Soesatyo dan Ketua MPR Zulkifli Hasan. Keduanya berharap polisi bisa segera menyelesaikan kasus Novel.
Namun Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan pemerintah tak akan memberi tenggat waktu kepada kepolisian untuk menyelesaikan kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan. Meski satu tahun berlalu tanpa mengungkap pelaku, Kalla yakin kepolisian bisa menyelesaikan kasus ini dengan bekerja keras. "Pemerintah tidak memberi batas waktu. Yang penting harus cepat," kata dia.
Baca: 10 Bulan di Singapura, Cara Novel Baswedan Obati Rindu pada Anak