ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj saat hadir dalam Konferensi Pers Muhasabah Kebangsaan: Resolusi 2018 dan Refleksi 2017 di Gedung PBNU , 3 Januari 2018. Menurut PBNU ketimpangan merupakan kanker dalam pembangunan dan ancaman nyata bagi kesatuan dan persatuan bangsa. MAGANG TEMPO/Wildan Aulia Rahman
TEMPO.CO, Jakarta - Dua organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah angkat bicara soal pidato Prabowo Subianto yang mengungkapkan negara ini akan bubar pada 2030. Ketua Pengurus NU Said Aqil Siroj yakin Indonesia tidak akan bubar untuk selamanya, seperti yang diutarakan Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
"Kami yakin Indonesia akan selamanya tetap ada. dengan syarat bangsa yang beriman, bertakwa dan berbudaya Insya Allah (Indonesia tidak akan bubar)," kata Aqil seusai melakukan pertemuan antara Pengurus Besar NU dan Pengurus Pusat Muhammadiyah di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat, 23 Maret 2018.
Dalam pidato yang diunggah di media sosial Gerindra, Prabowo mengatakan, "Di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030."
Sedangkan, Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan rakyat Indonesia harus optimis bahwa Indonesia akan tetap utuh sampai akhir. Sebabnya, bangsa ini merupakan bangsa yang beriman. "Intinya baik negara maupun komponen bangsa akan tetap bertahan selama masih ada iman," ujarnya.
Keyakinan bahwa Indonesia akan tetap utuh, bisa dilihat karena karakter rakyatnya yang mudah dilatih. Hal tersebut juga bisa dilihat dari warisan perjuangan yang begitu penting dari pendiri negara, yakni Sukarno dan Mohammad Hatta. "Kita harus tetap punya optimisme Indonesia tetap berusia panjang," ujarnya.
Haedar menambahkan jiwa rakyat Indonesia bukan instrumen yang vakum. Jiwa rakyat Indonesia juga mempunyai dasar filosofis yang kuat, yakni pancasila. "Kalau dasar filosofisnya tidak ada baru Indonesia bisa hancur," kata dia menanggapi pidato Prabowo.