Kepala BNPT ke Kemendagri: Ada Mantan Teroris Dipersulit Buat KTP

Reporter

Imam Hamdi

Senin, 12 Maret 2018 12:39 WIB

Korban selamat Denny Mahieu (dua dari kiri), berpose untuk foto dengan mantan militan Toni Togar (kiri), Ramses, dan Ramli (kanan) tepat dalam sebuah pertemuan antara mantan militan dan korban, di Jakarta, 28 Februari 2018. Kegiatan ini mempertemukan 103 mantan terpidana terorisme dengan puluhan orang korbannya. AP/Tatan Syuflana

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius meminta pejabat di daerah bisa memperlakukan mantan teroris dengan baik. Ia kerap mendapat cerita ihwal mantan teroris yang diperlakukan tak baik.

"Ketika mereka datang, jangan memarginalkan mereka. Karena ketika dimarginalkan, mereka bisa kembali ke paham radikal," kata Suhardi saat melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Kementerian Dalam Negeri terkait dengan pencegahan terorisme di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, pada Senin, 12 Maret 2018.

Suhardi mengaku pernah menemukan ada seorang mantan teroris yang dipersulit mendapatkan kartu tanda penduduk di daerah asalnya. Menurut dia, hal seperti itu akan membuat mantan kombatan kembali ke jaringan mereka. Sebab, mereka hilang harapan di tengah masyarakat.

Baca: BNPT Teken MoU dengan Kemendagri untuk Penanggulangan Terorisme

Padahal, kata Suhardi, pemerintah telah melakukan program deradikalisasi kepada para teroris dan orang yang kembali ke Tanah Air dari negara konflik seperti Suriah. "Ini potensi. Ada satu kami jumpai (sulit mendapatkan KTP). Jangan memarginalkan mereka," ujarnya.

Advertising
Advertising

Menurut Suhardi, dampak dari mantan teroris yang kehilangan harapan tidak bisa dianggap remeh. Dia mencontohkan tiga kejadian bom di Indonesia, yakni bom di Cicendo, Thamrin, dan Kalimantan Timur, dilakukan oleh mantan teroris yang telah menjalani program deradikalisasi tapi tidak diterima di masyarakat.

Ketiga pelaku bom tersebut berasal dari 600 narapidana teroris yang telah dibebaskan dan menjalani program deradikalisasi. "Mereka dimarginalkan. Mereka ditolak masyarakat dan keluarga. Akhirnya kembali ke jaringan," kata Suhardi.

Baca: Radikalisme Marak di Media Sosial, BNPT Minta Masyarakat Waspada

Melalui kerja sama BNPT dengan Kementerian Dalam Negeri ini, diharapkan pejabat di daerah bisa memantau dan membina para mantan teroris. Selain itu, kerja sama ini diharapkan bisa memetakan pergerakan kombatan tersebut.

"Pejabat daerah harus melihat program deradikalisasi pemerintah sukses atau tidak. Pantau dengan siapa mereka bergaul. Jangan sampai bom meledak, pemerintah daerah baru terkaget-kaget," kata Suhardi.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan tidak ada yang bisa mempersulit mantan teroris selama telah menjalani program deradikalisasi. Mereka akan dibina dan mendapat perlakuan yang sama dalam kepemilikan berkas administrasi kependudukan. "Apalagi KTP seperti nyawa. Dengan KTP bisa membuat BPJS, data kesehatan, dan lain-lain. Kami pastikan semua punya hak yang sama," tuturnya.

Tjahjo menuturkan telah mempunyai data lengkap mantan kombatan atau teroris. Bahkan data tersebut telah diketahui dari tingkat RT, RW, Kapolsek, dan Kormail agar mereka bisa melakukan pengawasan. "Data lengkap mereka kami sudah ada," katanya.

Berita terkait

Kepala BNPT: Tingkatkan Kualitas Asesmen untuk Kemanan World Water Forum

10 hari lalu

Kepala BNPT: Tingkatkan Kualitas Asesmen untuk Kemanan World Water Forum

Tindakan ini guna memastikan kemanan World Water Forum Ke-10 di Bali pada Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

12 hari lalu

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

Israel meningkatkan tuduhannya pada Maret, dengan mengatakan lebih dari 450 staf UNRWA adalah anggota militer dalam kelompok teroris Gaza.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

14 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut delapan tersangka teroris itu berinisial G, BS, SK, A, MWDS, DK, H, dan RF.

Baca Selengkapnya

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

14 hari lalu

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

BNPT akan turut serta mengamankan pelaksanaan Acara Word Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan di Bali, 18-25 Mei 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya

Inggris Tolak Permintaan Israel untuk Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

15 hari lalu

Inggris Tolak Permintaan Israel untuk Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

Menolak menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai teroris, David Cameron berpendapat lebih baik jika London dapat terus berkomunikasi dengan Teheran.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

15 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

Delapan terduga teroris yang sedang latihan fisik dan militer di Poso Sulteng itu disebut punya posisi strategis di Jamaah Islamiyah.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

16 hari lalu

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

19 hari lalu

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) meminta Polri mewaspadai aktifnya sel terorisme di Indonesia saat konflik Timur Tengah memanas

Baca Selengkapnya

Hijrah Mantan Teroris

26 hari lalu

Hijrah Mantan Teroris

Cap teroris membuat mantan terpidana kasus terorisme kesulitan berbaur di masyarakat. apa yang dilakukan?

Baca Selengkapnya

TNI Dikabarkan Kembali Pakai Istilah OPM yang Sebelumnya Disebut Teroris

27 hari lalu

TNI Dikabarkan Kembali Pakai Istilah OPM yang Sebelumnya Disebut Teroris

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dikabarkan memerintahkan jajarannya untuk mengubah penyebutan Kelompok Separatis Teroris kembali menjadi OPM

Baca Selengkapnya