AS Dianggap Ikut Bertanggung jawab Atas Sejarah Kelam Papua

Rabu, 13 Desember 2017 06:05 WIB

Pengacara publik LBH Jakarta Veronica Koman (kiri), Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Papua Jefry Wenda, pengacara publik Pratiwi Febry, dan perwakilan mahasiswa Papua se-Jawa dan Bali Ambrosius Mulait memberi keterangan pers terkait pengepungan asrama mahasiswa Papua oleh polisi dan organisasi masyarakat di Yogyakarta. Jumpa pers bertempat di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016. Tempo/Rezki Alvionitasari.

Jakarta –Pengacara Hak Asasi Manusia, Veronica Koman menganggap Amerika Serikat (AS) turut bertanggung jawab atas sejarah kelam Papua yang tercatat dalam dokumen AS yang telah dideklasifikasi. Menurut Veronica, sebagai pihak yang mengetahui sejarah tersebut, Amerika tidak berbuat apa pun.

“Amerika tau tentang terlanggarnya hak tidak bisa menentukan nasib sendiri dan kejahatan perang di Papua, namun tidak berbuat apa-apa,” kata

Veronica mengatakan Amerika tidak peduli ketika ada kecurangan dalam Penentuan Pendapat Rakyat atau Pepera Referendum tahun 1969. Sebagai pembuat New York Agreement atau Perjanjian New York 15 Agustus 1962 yang merupakan cikal bakal Pepera, Amerika tidak mengawasi pelaksanaannya.

BACA: Terungkap di Dokumen AS, Dana dan Senjata untuk Papua

Jika menganut pada Perjanjian New York yang disetujui oleh PBB, Amerika, Belanda dan Indonesia tersebut, Pepera dilakukan dengan menggunakan sitem one man one vote. Kenyataannya menurut Veronica, Pepera hanya melibatkan 1.220 orang dari 800 ribu total populasi masyarakat Papua saat itu. “Mereka berpaling muka,” katanya.

Selain itu, Amerika juga acuh ketika mengetahui adanya pembantaian masyarakat Papua di tahun 1967 seperti dalam dokumen yang mereka keluarkan. Militer Indonesia diduga melakukan pelanggaran HAM berat saat itu. Pembantaian tersebut dilakukan sebagai pembalasan terhadap terlukanya dua militer Indonesia oleh masyarakat Papua.

Advertising
Advertising

Baca juga: Dewan Adat Papua Suarakan Kemerdekaan di Peringatan 1 Desember

Dalam dokumen yang dikeluarkan Amerika itu, Papua telah meminta Amerika Serikat mendanai dan memberikan senjata untuk perang melawan tentara Indonesia pada pertengahan 1960. Dokumen-dokumen itu juga merekam keluhan orang Papua pada saat terjadi bentrok dengan pasukan keamanan Indonesia. Para nasionalis Papua telah menarik perhatian di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Untuk Indonesia sendiri, Veronica mengatakan dokumen AS tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Papua sebagai kado sejarah bagi Indonesia. Dokumen yang dikeluarkan oleh Amerika itu kembali membuka sejarah kelam Indonesia, khususnya tentang pelanggaran HAM. Sama halnya seperti dugaan pelanggaran HAM dalam peristiwa G 30 S 1965. “Dengan keluarnya dokumen itu, Indonesia kini punya dua utang sejarah yang harus diluruskan,” katanya.

M. YUSUF MANURUNG

Berita terkait

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

3 jam lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

6 jam lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

17 jam lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

18 jam lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

22 jam lalu

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

Masyarakat Intan Jaya, Papua Tengah, menolak permintaan TPNPB-OPM untuk meninggalkan kampung Pogapa, Intan Jaya, yang merupakan daerah konflik.

Baca Selengkapnya

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

23 jam lalu

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

TPNPB mengaku bertanggung jawab atas pembakaran sebuah gedung SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

1 hari lalu

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

Kodam XVII/Cenderawasih membenarkan ada serangan dari TPNPB kepada Satgas Yonif 527/BY yang sedang berpatroli di Kampung Bibida, Paniai, Papua

Baca Selengkapnya

Dua Hari Serangan TPNPB, TNI-Polri akan Tambah Pasukan di Intan Jaya

1 hari lalu

Dua Hari Serangan TPNPB, TNI-Polri akan Tambah Pasukan di Intan Jaya

TNI-Polri akan kirim pasukan tambahan imbas serangan TPNPB pada 30 April dan 1 Mei 2023 di Intan Jaya

Baca Selengkapnya

TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali

1 hari lalu

TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali

TPNPB-OPM menyatakan menembak empat anggota aparat gabungan TNI-Polri. Penembakan itu terjadi pada Rabu, 1 Mei 2024. Keempat orang itu ditembak saat mereka sedang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Polres Yahukimo Tangkap 5 Tersangka Pembunuhan Bripda Oktavianus Buara, Polisi: Dua Masih Dikejar

1 hari lalu

Polres Yahukimo Tangkap 5 Tersangka Pembunuhan Bripda Oktavianus Buara, Polisi: Dua Masih Dikejar

TPNPB-OPM menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan seorang polisi Bripda Oktovianus Buara di Distrik Dekai, Yahukimo, Papua Pegunungan.

Baca Selengkapnya