Gunung Agung menebarkan abu vulkanik ke langit di Karangasem, Bali, 27 November 2017. Puluhan ribu wisatawan terdampar akibat penutupan bandara. Getty/Andri Tambunan
TEMPO.CO, Karangasem - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memperkirakan Gunung Agung berpotensi erupsi susulan. “Tremor masih terus terjadi dan terekam seismograf hingga saat ini,” kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana, di Pos Pemantauan Gunung Agung Desa Rendang di Karangsem, Kamis, 30 November 2017.
Sinyal tremor tinggi, namun saat kondisi rendah emisi abu tetap terus berlangsung. Data-data satelit menunjukkan pertumbuhan lava di dalam kawah Gunung Agung dan potensi erupsi setelah letusan pembuka mulai Selasa, 21 November 2017 terus terjadi. Pada Sabtu, 25 November 2017 letusan Gunung Agung bertransisi dari erupsi freatik menjadi erupsi magmatik.
Devy belum dapat memperkirakan apakah letusan susulan akan besar. "Potensi erupsi Gunung Agung masih besar.” PVMBG terus mengikuti perkembangan dan melakukan penilaian untuk memperkirakan luas ancaman bahaya.
PVMBG menyatakan zona radius bahaya ditetapkan delapan kilometer dari puncak gunung dengan perluasan sektoral masih 10 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara, selatan, dan barat daya. Getaran 3,1 Skala Richter yang terjadi di kawasan gunung pada Rabu, 29 November 2017, menurut dia, mengindikasikan masih adanya suplai magma.
Saat ini, kata Devy, jalur magma sudah terbuka hingga permukaan kawah Gunung Agung sehingga gempa-gempa dengan kekuatan di bawah 10 Skala Richter sudah bisa mengakibatkan erupsi.
PVMBG merekam 32 kali aktivitas vuklanik selama 24 jam pada Rabu, 29 November 2017. "Baru saja terekam tremor terus-menerus, durasinya masih dihitung," kata Devy.