Kala Jokowi Bicara Politisasi Antek Aseng hingga Gebuk PKI
Reporter
Istman Musaharun Pramadiba
Editor
Widiarsi Agustina
Senin, 20 November 2017 19:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Jokowi mendadak bicara tajam soal aneka cara mengkritik yang dianggapnya tak beretika hingga melupakan kesantunan dalam berpolitik yang kini menghinggapi banyak politikus Indonesia. Misalnya, masih seringnya tuduhan tak berdasar dilancarkan untuk menyerang lawan politik seperti klaim bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI) hingga antek-antek asing.
Menurut Jokowi, praktik berpolitik seperti ini tidak memberikan pendidikan yang baik kepada masyarakat, terutama generasi muda. Karena itu, dia meminta generasi muda menelandani kesantunan dalam berpolitik.
"Masih banyak elite politik yang tidak memberikan contoh, " kata Presiden Jokowi di depan para senior Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD), Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI Polri (FKPPI) dan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti saat membuka Simposium Nasional Kebudayaan Tahun 2017 di Jakarta, Senin, 20 November 2017.
BACA: Jokowi: Banyak Elite Politik Beri Contoh Buruk kepada Anak Muda
"Contoh yang perlu diberikan kepada generasi muda, di antaranya bagaimana berpolitik yang beretika, cara-cara bicara yang beretika, bagaimana menghargai sebuah senioritas, bagaimana menjaga nilai-nilai kesantunan," ujar Presiden Jokowi menambahkan.
Presiden memberikan contoh soal bagaimana para politikus saat ini banyak yang masih berteriak antek asing hingga PKI Bangkit. "Masih banyak yang teriak-teriak Antek Aseng, PKI bangkit. Kalau saya, PKI bangkit gebuk saja sudah, gampang," kata Presiden Jokowi sembari menambahkan, payung hukum untuk menggebuk PKI juga jelas. "TAP MPRS masih ada, ngapain banyak-banyak masalah."
BACA: Jokowi: Tunjukkan di Mana Ada PKI, Detik Ini Juga Saya Gebuk!
Infografik: Tanda-tanda G30S PKI Bangkit Kembali di Jagat Maya
Selain itu, soal kritik antiislam dan antiulama. Menurut Jokowi, cara politik yang tak beretika ini sudah harus dihilangkan dan mengembangkan cara berpolitik yang lebih santun kepada masyarakat. "Agar nilai-nilai keindonesiaan tidak hilang," katanya.
Oleh karena itu, Jokowi mengatakan bahwa pemerintah telah membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) dan mengeluarkan Perpres Nomor 87/2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter untuk memberikan kepada generasi muda tidak tergerus nilai-nilai keindonesiannya.
"Nilai-nilai keindonesiaan, yakni nilai kesopanan, kesantunan, semua terkandung dalam ideologi Pancasila harus terus disampaikan pada anak-anak kita, bagaimana mengenai kerukunan, bagaimana persaudaraan, bagaimana mengenai toleransi," kata Presiden.
Jokowi mengakui bahwa generasi muda tidak hanya menerima pendidikan dari guru dan orang tua, tapi juga dari media sosial.
BACA JUGA: Gatot Nurmantyo: Bayangkan kalau 2019 Nanti Bukan Jokowi...
"Jangan keliru, yang mendidik anak kita sekarang ini bukan dari guru, orang tua, tetapi lebih banyak oleh media sosial. Kekuatan keterbukaan kekuatan media sosial sekarang mempengaruhi sekali dari semua aspek baik ekonomi, politik, maupun sosial, dan ini yang harus kita antisipasi," kata Jokowi.
Presiden mengingatkan, perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat tidak bisa dibendung membuat lanskap ekonomi dan politik baik internasional maupun nasional berubah.
"Jika ini tidak diantisipasi, tidak disiapkan nilai-nilai karakter keindonesiaan kita, nilai karakter bangsa akan tergerus, kalau penyiapannya betul-betul tidak mulai dari tahapan yang benar," kata Presiden Jokowi
ISTMAN MUSA | RIANI SANUSI | ANTARA