TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Harley Davidson Club Indonesia, Komisaris Jenderal (Purn) Nanan Soekarna membela kepolisian dalam insiden pesepeda motor versus rombongan motor gede yang terjadi di Yogyakarta, Sabtu lalu. Menurut Nanan, wajar bila iring-iringan motor gede dikawal voorijder. "Kami konvoi ribuan motor, bukan biker perorangan, jadi wajar dikawal polisi," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Ahad, 16 Agustus 2015.
Pensiunan Jenderal polisi bintang tiga ini menuturkan, kepolisian tidak melanggar pasal apapun saat melaksanakan tugas pengawalan itu. Hal sama dilakukan bila ada konvoi sepeda santai, atau lari marathon. "Asalkan izin acaranya jelas," kata Nanan. "Bikers juga ngumpul di sana untuk acara 17-an, bukan membuat rusuh."
Baca juga:
Si Cantik Bawa Bendera: Ini yang Ditakutkan di Depan Jokowi
IPB Kalahkan UI Jadi Universitas Terbaik, Ini Sebabnya
Dalam kesempatan sama, Nanan meminta maaf kepada publik akibat insiden di Yogyakarta. Namun, permintaan maaf tak perlu ditujukan ke Erlanto Wijiyono, si pesepeda yang menghadang konvoi motor gede. "Itu adalah hak dia untuk menyuarakan pendapatnya. Kami menerima dengan lapang dada saran-saran agar jadi perbaikan," kata mantan Wakil Kepala Kepolisian ini.
Sabtu lalu, aktivis Elanto Wijoyono menghadang ribuan motor gede yang melintas di jalan perempatan Condong Catur, Yogya. Dengan menggunakan sepedanya, Erlanto berdiri di tengah jalan menghadang para pengemudi motor gede yang dikawal polisi itu.
Akibat aksinya itu, Erlanto sempat beradu mulut dengan para pengemudi dan polisi pengawal. Aksi Erlanto pun banyak mendapat dukungan di dunia daring.
Pasal 134 huruf (g) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan pengguna jalan dapat memperoleh hak utama untuk didahulukan. Pengutamaan itu adalah untuk pemadam kebakaran, penanganan bencana, bom, atau huru-hara, serta konvoi pasukan.
INDRI MAULIDAR
Baca juga:
Cemas di Depan Jokowi,Ini Hebatnya Si Cantik Pembawa Bendera
Apes, Pencuri Ini Terjebak di Mobil Curian