TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo memerintahkan Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal Mulyono melatih prajuritnya dengan maksimal. Gatot berpesan agar Mulyono mampu mengembangkan kemampuan dasar prajurit sesuai dengan dinamika lingkungan.
"Saya ingatkan TNI AD tak pernah menyerah dan selalu menang dalam tiap pertempuran. Maka latih, latih, latih, dan latihlah prajuritmu. Jadikan mereka prajurit gila yang mencintai NKRI," kata Mulyono setelah serah-terima jabatan di Markas Besar TNI AD, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Juli 2015.
Setelah diangkat menjadi Panglima TNI, Gatot menyerahkan jabatan lamanya sebagai KSAD kepada Mulyono. Sebelumnya, Mulyono menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Upacara sertijab dilakukan sehari setelah serah-terima jabatan Panglima TNI Jenderal Moeldoko kepada Jenderal Gatot Nurmantyo.
Mulyono menyebutkan visi-misinya sesuai dengan yang dibuat Panglima TNI. Ia akan meningkatkan profesionalisme prajurit loreng hijau dengan berbagai cara. Misalnya, pengembangan kedisiplinan prajurit, pelatihan bela diri dan taktik satuan kecil militer, serta pelatihan menembak.
"Semua diarahkan kepada apa yang diprediksi beliau (Panglima). Yaitu ancaman proxy dan menggejalanya radikalisme," ujar Mulyono.
Mulyono merupakan lulusan Akabri angkatan 1983. Ia menjabat sebagai Pangkostrad sejak 5 September 2004.
Riwayat militer Mulyono tak lagi diragukan. Ia pernah menjabat Komandan Korem 032 Wirabraja, Padang, Sumatera Barat, pada 2009. Pada 2011, dia menjadi Wakil Komandan Sekolah Kecabangan Perwira TNI AD. Pada tahun yang sama, Mulyono menjabat sebagai Direktur Latihan Kodiklat TNI AD dan Direktur Kodiklat TNI AD.
Tahun berikutnya, Mulyono menduduki posisi Wakil Komandan Kodiklat TNI AD. Kemudian, tahun 2013, dia menjadi Asisten Operasi KSAD.
Mulyono pernah mengikuti Operasi Irian Jaya pada 1984. Tak hanya itu, dia tiga kali turut serta dalam Operasi Seroja di Timor-Timor pada 1987, 1988, dan 1992.
PUTRI ADITYOWATI
Baca juga:
Ribut Polisi Vs KY, Buya Syafii: Negara Gali Kubur Sendiri!
Budi Waseso Dinilai Sudutkan Syafii, Muhammadiyah Dihina?