TEMPO.CO, Yogyakarta - Sesepuh dari Ikatan Keluarga Pelajar Nusa Tenggara Timur menyarankan penghapusan asrama di Daerah Istimewa Yogyakarta selepas terjadinya penembakan empat warga daerah itu di Lembaga Pemasyarakatan, Cebongan, Sleman. Penghapusan asrama NTT bertujuan untuk meminimalkan konflik sosial.
"Sistem asrama memunculkan fanatisme kedaerahan. Jika satu orang berkelahi, maka teman yang lain akan membantu. Urusan pribadi jadi urusan etnis," kata sesepuh NTT, Daniel Dama Ledo, saat dihubungi Tempo, Sabtu, 30 Maret 2013.
Menurut Daniel, mahasiswa NTT yang datang ke DIY tujuannya menimba ilmu, bukan untuk mewakili kepentingan etnik. Oleh karena itu, mereka sebaiknya membaur dengan etnis lain. Mahasiswa bisa membaur bersama etnis lain dengan cara menghuni kos. Dengan begitu mereka bisa saling berdialog. "Sebaiknya mahasiswa NTT tidak terkonsentrasi di satu titik supaya berbaur dengan masyarakat," katanya.
Ia meminta keberadaan asrama NTT yang ada saat ini ditinjau ulang. Asrama yang ada sejak 20 tahun lebih selama ini dijadikan tempat kumpul untuk mahasiswa dan nonmahasiswa. "Saya setuju dengan statement Sultan yang akan mempersulit izin pendirian asrama," katanya.
Daniel menambahkan, diperlukan pendataan keberadaan mahasiswa NTT ke kampus-kampus di DIY supaya sesepuh tahu perkembangan mereka. Pendataan yang dilakukan, misalnya, mahasiswa yang drop out, tidak bekerja, atau melanggar hukum. "Kami terus koordinasi dengan 18 kabupaten di NTT untuk memantau mahasiswa. Misalnya berapa yang bekerja atau kembali ke daerah asal," katanya.
SHINTA MAHARANI
Baca juga:
SBY Ambil Alih Partai, Anas Diminta Fokus Kasusnya
Marzuki Alie: Anas Tersangka, Langsung Diberhentikan
Tiba di Cikeas, Anas Merendahkan Posisi Duduknya
Demokrat Memanas, Pendukung Kumpul di Rumah Anas