Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Proyek Kali Lereng Merapi Dinilai Tak Transparan  

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Aktivitas Gunung Merapi mulai meningkat namun para penambang pasir tetap semarak di Kali Gendol, Cangkringan, Sleman. TEMPO/Arif Wibowo
Aktivitas Gunung Merapi mulai meningkat namun para penambang pasir tetap semarak di Kali Gendol, Cangkringan, Sleman. TEMPO/Arif Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Normalisasi sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi pascaerupsi 2010 memang sangat penting dilakukan. Sebab, mayoritas sungai penuh dengan material vulkanik. Namun, program itu juga dipersoalkan oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebab, dana yang dikucurkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke Pemerintah Kabupaten Sleman tidak transparan penggunaannya.

"Jelas-jelas normalisasi sungai itu ada jual-beli pasir dan batu, maka dana yang dikucurkan dan didapat perlu dipertanyakan," kata Suparlan, Direktur Walhi Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad, 10 Februari 2013.

Ia bahkan menuding bahwa normalisasi sungai-sungai seperti Kali opak, Gendol, Boyong, dan Kuning itu hanya kedok. Sebab, setelah ada observasi ke sungai, tidak ada prosedur yang jelas dalam melakukan normalisasi untuk mitigasi bencana. Selain itu, ada jual-beli material yang jelas mendatangkan keuntungan bagi beberapa pihak.

Jual-beli pasir dan batu yang terjadi adalah legalitas, antara pemberi izin dan yang diberi izin. Artinya, program normalisasi itu sebenarnya tidak ada. Yang ada adalah jual-beli material atau penambangan pasir dan batu untuk diperjualbelikan.

Selain itu, fakta yang terjadi, penambangan pasir, kerikil dan batu di sungai-sungai itu juga tidak semua material diambil. Tetapi hanya material yang dinilai ada sisi ekonomisnya yaitu pasir, kerikil, dan batu. Namun, material yang tidak bernilai ekonomis ditinggal.

"Peraturannya juga tidak jelas menyebutkan durasi penambangan. Sehingga ada yang menambang sampai malam hari," kata dia. Ia menambahkan, sarana dan prasarana, waktu atau durasi dalam melakukan normalisasi, dan skema normalisasi juga tidak jelas. Sebab, jika itu program normalisasi sungai, harus jelas durasi waktu dan pemetaannnya. Selama ini juga tidak ada kontrol lebar dan dalamnya sungai yang dinormalkan. Yang terjadi, ada sungai yang seharusnya hanya berkedalaman 6 meter dikeruk hingga 10 meter.

"Kami berharap pemerintah betul-betul mengawasi program normalisasi sungai sesuai dengan mitigasi bencana yang akan ditimbulkan," kata Suparlan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Heri Suprapto, Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, di wilayahnya sungai yang dinormalkan yaitu Kali Gendol sepanjang 7 kilometer. Ada sebanyak 24 backhoe atau alat berat yang difungsikan sebagai alat pengeruk. Yaitu 15 alat di sungai dan sembilan di perkampungan dan lahan pertanian. "Setiap titik, harga pasir berbeda-beda," kata dia.

Ia menambahkan, untuk transaksi jual-beli pasir, ditangani setiap dusun. Per truk rata-rata Rp 120 ribu hingga Rp 150 ribu. Setiap rit, pihak desa mendapatkan Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu. Selama dua tahun setelah erupsi 2010, Desa Kepuharjo mendapatkan sekitar Rp 600 juta.

Dana itu untuk pembangunan desa, dana abadi, dan dana sosial. Di setiap dusun, warga juga mendapatkan pembagian keuntungan dari penjualan material itu. Soal penambangan pasir itu sudah diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2010 per Desember 2010 yang lalu. Untuk pasir bahan bangunan dikutip Rp 25 ribu per meter kubik, sedanglan pasir campur kerikil Rp 20 ribu per meter kubik.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Mineral Kabupaten Sleman, Widi Sutikno, sulit dihubungi. Namun, beberapa waktu lalu ia pernah menyatakan Pemerintah Kabupaten Sleman selama 2 tahun selepas erupsi menerima pemasukan hasil galian C sebesar Rp 12 miliar.

MUH SYAIFULLAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

5 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

12 hari lalu

Atraksi jathilan di Sleman, DI Yogyakarta. Dok. Istimewa
Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.


Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

27 hari lalu

Suasana Pasar Takjil Kaliurang di lereng Gunung Merapi Sleman Yogyakarta yang berlangsung 29-31 Maret 2024. (Dok. Istimewa)
Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.


Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

28 hari lalu

Kawasan wisata Tebing Breksi di Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.


Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

37 hari lalu

Gunung Merapi di Yogyakarta. Dok. BPPTKG Yogyakarta.
Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.


Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

53 hari lalu

Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Rabu, 24 Januari 2024. Data BPPTKG pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di daerah potensi bahaya dan menghimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar serta awanpanas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi yang saat ini berada di tingkat aktivitas Siaga (level III). ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.


Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

53 hari lalu

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Jumat petang, 28 Juli 2023. Dok. BPPTKG.
Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.


Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

55 hari lalu

Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu, 24 Januari 2024. Menurut data BPPTKG telah terjadi Awan panas Guguran durasi 186.28 detik pada tanggal 24 Januari 2024 pukul 15:56 WIB dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter ke arah barat daya (kali Bebeng). ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

Destinasi destinasi di lereng Merapi menjadi salah satu favorit wisatawan saat berakhir pekan.


Sambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, Upacara Giri Kerti Digelar Di Kaliurang

24 Februari 2024

Upacara Giri Kerti untuk menyambut Hari Suci Nyepi 1946 Caka, digelar di Kaliurang Park, Pakem Sleman Yogyakarta Jumat 23 Februari 2024. (Dok. Istmewa)
Sambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, Upacara Giri Kerti Digelar Di Kaliurang

PHDI menggelar Upacara Giri Kerti untuk menyambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, di Kaliurang Park, Hargobinangun, Pakem, Sleman


Yogyakarta Terasa Gerah dalam Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

20 Februari 2024

Wisatawan menaiki jip lava tour di Kali Kuning, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin, 25 Desember 2023. Wisata lava tour yang menawarkan berkendara menaiki mobil jip menyusuri lereng Gunung Merapi melihat sisa erupsi tahun 2010 tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2023. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Yogyakarta Terasa Gerah dalam Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

Gerahnya suhu cuaca di Yogyakarta itu dirasakan warga menyusul makin jarangnya hujan turun terutama di wilayah perkotaan.