TEMPO.CO, Magelang - Wakil Wali Kota Magelang, Joko Prasetyo, mengakui melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya, Siti Rubaidah. Joko menyatakan tak gentar pada desakan agar ia mundur. Tempo mewawancarai Joko Prasetyo di kantornya, Kompleks Kantor Wali Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu, 26 Desember 2012.
Benar Anda melakukan kekerasan terhadap istri Anda?
Ya, saya melakukan kekerasan. Tidak mungkin saya tiba-tiba memukul kalau tidak ada dasarnya.
Anda memukul istri berulang-ulang menggunakan sandal di depan anak?
Saya akui saya memukul, tetapi tidak 20 kali. Ini tidak adil karena saya juga mengalami kekerasan. Karena Siti Rubaidah juga pernah menampar muka saya.
Kenapa Anda memukul istri?
Dasar saya memukul adalah mengingatkan istri karena saya meminta handphone yang tidak dikembalikan. Sebagai wakil wali kota, saya perlu handphone itu karena banyak agenda.
Apakah yang memicu pertengkaran karena SMS seorang perempuan di ponsel anda?
Siti Rubaidah hanya cemburu karena tuduhan selingkuh tidak benar. Monggo saja dibuktikan dan ditanyakan kepada Siti Rubaidah. Saya ini, kan, pejabat publik sehingga ada SMS dari siapa pun saya balas. Termasuk SMS yang nadanya genit-genit. Saya balas seperlunya.
Bagaimana bunyi SMS itu?
Saya lupa bunyi SMS itu karena sudah dihapus istri.
Anda menikahi siri seorang perempuan dan membawanya ke rumah dinas?
Tidak benar. Itu hanya halusinasi dari orang yang stress. Anda boleh ikut saya ke rumah dinas. Di rumah dinas, saya ditemani kakak saya yang single parent. Anak-anak biasa menyebutnya Bude Kus.
Anda dikabarkan pernah menjalin hubungan dengan seorang istri pengusaha sebelum kasus KDRT ini terjadi?
Monggo saja dibuktikan dan ditanyakan ke Siti Rubaidah.
Anda juga pernah marah pada istri dengan kasar karena tidak dibuatkan teh dan bubur pada bulan puasa?
Saya marah, kan, wajar. Itu mengingatkan tugas seorang istri. Waktu itu, saya mau sahur. Saya marah karena istri keasyikan bermain Facebook sampai jam 03.00 pagi.
Siti Rubaidah rindu anak-anaknya. Apakah anda melarang mereka bertemu?
Saya tidak pernah melarang. Beberapa kali bahkan saya mencoba mempertemukan dengan bantuan Gus Yusuf Chudlori. Bu Maemunah, ketua pengajian, juga mau mempertemukan, tetapi istri saya tidak mau.
Anda sering melarang Siti Rubaidah berorganisasi dan berpolitik?
Tidak pernah saya larang. Siti Rubaidah pernah aktif di Partai Rakyat Demokratik (PRD). Sekarang ia juga aktif di Forum Cinta Anak. Bagian mana yang melarang?
Anda didesak mundur sejumlah organisasi nonpemerintah, tanggapan anda?
Saya tidak takut. Apalagi, jaringan itu hanya ecek-ecek. Ini, kan, kasus yang ditarik ke ranah politik.
Anda diadukan ke Presiden dan Menteri Dalam Negeri?
Saya tidak takut. Mendagri tidak akan mengurusi aduan satu orang.
Anda tidak takut dilengserkan seperti Bupati Garut Aceng Fikri?
Saya tidak takut. Dasarnya didesak mundur apa. Kasus saya tidak melibatkan pihak ketiga. Ini masalah internal keluarga.
Bagaimana sikap DPRD Kota Magelang terhadap kasus Anda?
Orang-orang di DPRD kenal bagaimana tabiat saya. Kasus saya ini, kan, hanya rekayasa belaka.
Anda siap menghadapi proses hukum karena Anda kini tersangka KDRT?
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, saya siap menjalani proses hukum. Saya tidak akan intervensi kepada siapa pun. Nanti semua dibuktikan lewat proses hukum, bukan melalui opini yang dibangun di media massa. Saya punya hak yang sama dengan warga lain. Tentu saya menyewa pengacara.
Bagaimana kalau Anda digugat cerai istri?
Saya sebenarnya ingin menyelesaikan masalah ini secara baik. Saya tunggu langkah istri. Silakan menggugat cerai.
Bagaimana dengan nasib kedua anak?
Saya tetap mempertahankan hak asuh anak. Apa jadinya kalau anak saya ikut ibunya. Nasib mereka tidak akan jelas karena ibunya pergi dari rumah dinas atau menggelandang.
Bagaimana dengan kondisi anak-anak Anda yang mengalami tekanan?
Anak-anak tidak tertekan. Saya mengurus kebutuhan mereka, mulai dari menyiapkan seragam sekolah hingga mengambil rapor di sekolah.
SHINTA MAHARANI