TEMPO.CO, Jakarta - Saking sibuk berorganisasi di Universitas Brawijaya, Malang, almarhum Munir Said Thalib terlambat mengenal perempuan. Aktivis hak asasi manusia itu baru mengenal wanita di akhir masa kuliahnya.
“Mungkin pada awal-awal kuliah dia tidak mengerti (soal perempuan). Dia itu kan aktif gitu. Aktivis!” ujar kawan Munir, Deddy Prihambudi, seperti dikutip dari film dokumenter tentang Munir berjudul Kiri Hijau Kanan Merah. Film yang disutradarai jurnalis muda Dandhy Dwi Laksono itu diproduksi Watchdoc dan Komite Aksi Solidaritas untuk Munir pada 2009.
Deddy adalah rekan sekaligus adik kelas Munir di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Menurut Deddy, selama menjadi mahasiswa, Munir aktif di berbagai organisasi, seperti Himpunan Mahasiswa Islam.
Bahkan Munir pernah menjabat sebagai Ketua Senat Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dan Sekretaris Al-Irsyad, organisasi sosial keagamaan di Batu. Karena sibuk berorganisasi, Munir tak sempat memikirkan wanita.
Kata Deddy, Munir baru menyadari dia butuh seorang kekasih di semester-semester akhir kuliah. “Baru dia mikir, ‘Ya, gua perlu (seorang pendamping), nih',” kata Deddy menirukan Munir.
Pada 1991, Munir berkenalan dengan wanita yang akhirnya menjadi istrinya, Suciwati. Empat tahun kemudian, mereka menikah dan punya dua anak: Alif Allende dan Diva Suukyi.
KODRAT
Berita Terpopuler:
Wanita Teman Telanjang Pangeran Harry Ditahan
Ribuan Pendukung Hartati Kepung KPK
Cari Donasi demi Tonton Eksekusi Pemerkosa Anaknya
Keputusan Arsenal Jual Van Persie-Song, Disesali
40 Jenis Mobil Akan Dilarang Minum BBM Bersubsidi
Zulkarnaen Minta Sebutan Korupsi Al Quran Direvisi
Sejumlah Tokoh Siapkan Mahfud MD Jadi Capres
Golkar: Naik Turun Bisnis Bakrie Itu Biasa
Tes Mamografi Malah Menyebabkan Kanker
Awas, Anda Bisa Kehilangan Motor di Sini