TEMPO Interaktif, Surakarta - Pemerintah Kota Surakarta akan menjajaki kemungkinan penggunaan trem sebagai sarana transportasi massal. Mereka telah melakukan pembicaraan awal dengan sebuah perusahaan pembuatan trem asal Belanda, Haagse Tram Maatschappij (HTM) di Surakarta, Kamis, 18 Agustus 2011.
Wali Kota Surakarta Joko Widodo menjelaskan jika penggunaan trem sebagai solusi kemacetan lalu lintas sudah banyak dibuktikan di berbagai kota di luar negeri. “Penggunaan trem bukan lagi sekadar alternatif, tapi merupakan solusi,” kata dia usai pertemuan itu. Trem juga dinilai sangat ramah lingkungan lantaran menggunakan energi listrik sebagai penggerak mesin.
Menurut Jokowi, demikian panggilan akrabnya, Surakarta juga telah memiliki sebagian besar infrastruktur untuk pengoperasian trem. “Trem sudah pernah beroperasi di Surakarta pada zaman Paku Buwana X,” kata Joko. Menurutnya, desain penataan kota yang dibuat oleh kolonial Belanda saat itu memang dirancang untuk penggunaan kereta api dalam kota sebagai sarana transportasinya.
Dia mengakui, sebagian jalur rel yang ada di Surakarta saat ini telah tertimbun lantaran lama tidak digunakan. “Kementerian Perhubungan telah berencana untuk menggali lagi jalur tersebut,” kata Jokowi. Khususnya, jalur yang menghubungkan antara Stasiun Kota dengan Stasiun Jebres.
Dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan studi banding ke Amsterdam untuk mempelajari sistem pengoperasian trem. “Kami akan difasilitasi oleh perusahaan pembuatan trem,” kata Joko. Hanya saja, dirinya belum mengungkapkan secara pasti kapan Pemkot Surakarta akan bertolak ke Belanda.
Advisory Haagse Tram Maatschappij Widoyoko menjelaskan jika pihaknya sengaja membuat penawaran pembuatan trem ke Surakarta lantaran adanya kelengkapan infrastruktur. “Kondisi kota ini juga mirip dengan Amsterdam,” kata Widoyoko. Dirinya yakin penggunaan trem di Surakarta bisa menjadi percontohan bagi kota lain di Indonesia.
Menurutnya, satu rangkaian trem yang terdiri dari empat gerbong memiliki harga sekitar Rp 13 miliar. Kapasitas tempat duduknya mencapai 250 penumpang. Masing-masing gerbong dapat dilepas lantaran memiliki penggerak di setiap roda. “Frekuensi perjalanan bisa bertambah jika masing-masing gerbong dipisah,” kata dia.
Jika proyek tersebut berjalan, lanjutnya, pengerjaan trem tersebut dapat dilakukan di PT Industri Kereta Api (INKA) Madiun. Sebab, HTM selama ini telah menjalin kerja sama dengan INKA. “Kami juga tengah mengerjakan sebuah trem yang merupakan pesanan dari salah satu perusahaan di Jakarta,” kata Widoyoko.
Pengamat transportasi Djoko Setyowarno menyatakan pihaknya optimis penggunaan trem di Surakarta sangat dimungkinkan. “Apalagi Direktorat Jenderal Perkeretaapian memiliki anggaran besar untuk pengadaan sarana dan prasarana,” kata pengajar di Unika Soegijo Pranoto tersebut.
Dia juga optimis penggunaan trem akan lebih efektif dibanding dengan pengoperasian bus rapid transit (BRT). “Banyak bukti bahwa pengoperasian BRT di berbagai kota gagal,” kata Djoko. Selain frekuensi perjalanan yang tidak teratur, sarana transportasi BRT terkadang juga ikut terjebak dalam kemacetan lalu lintas.
AHMAD RAFIQ