TEMPO Interaktif, Nganjuk:Tak seperti tahun lalu, peringatan Hari Buruh Sedunia hari ini tidak ada acara yang digelar di makam Marsinah, buruh pabrik jam tangan di Sidoarjo, yang tewas akibat kasus kekerasan.Tahun lalu peringatan hari buruh pada 1 Mei, ribuan buruh dari berbagai penjuru Indonesia berbondong-bondong berziarah ke makam gadis yang tewas karena memperjuangkan hak-hak pekerja itu. "Kami tetap mempertanyakan penyebab matinya Marsinah14 tahun lalu. Walau kami mengikhlaskan kematiannya, tapi kami tetap tidak terima. Mengapa kasus terbunuhnya Marsinah seperti ditutup begitu saja?" tanya Sini, bibi Marsinah saat ditemui Tempo di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Selasa (1/5).Makam Marsinah terletak di Desa Nglundo, sekitar 10 kilometer arah timur dari kota Nganjuk atau sekitar 100 kilometer arah barat kota Surabaya. Untuk sampai ke lokasi makam, dapat ditempuh dari jalur jalan raya Nganjuk-Surabaya.Menurut Sini, ketika kematian Marsinah mendapat sorotan tajam dunia internasional, makam Marsinah sempat dibongkar hingga dua kali untuk diotopsi. Hal itu sangatmenyakitkan keluarga. Terlebih bagi Puirah, 96 tahun, nenek Marsinah yang mengasuhnya sejak almarhumah berumur2 tahun.Atas prakarsa keluarga, makam Marsinah dibangun dandibeton. Saat makam dibongkar, jenasah yang sudahkoyak-moyak mengambang di kubangan berair karena tanahbagian dalam kuburan menganga lebar akibatpembongkaran dua kali untuk otopsi ulang. Setelah itu direnovasi dan diberi pagar besi. Makam Marsinah semakin bagus ketika dibangun cungkup (atap beton) yang diprakarsai Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia pada 8 Maret 2000.Dwidjo U Maksum
Walikota Hendi Teruskan Aspirasi Buruh Lewat APEKSI
3 Mei 2021
Walikota Hendi Teruskan Aspirasi Buruh Lewat APEKSI
Walikota Semarang menyampaikan kekhawatiran para pekerja terkait UU Cipta Kerja. Antara lain sistem kerja kontrak, praktik outsourcing, dan waktu kerja yang eksploitatif