TEMPO Interaktif, Padang:Sebanyak 78 siswa SMK Dhuafa yang melakukan protes kecurangan ujian nasional dengan meninggalkan ujian, tidak bisa ikut ujian susulan yang digelar di seluruh Indonesia 24-26 April.Ketua Pelaksana Ujian Nasional Sumatera Barat Jasrial mengatakan hingga saat ini belum ada keputusan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) terhadap siswa SMK Dhuafa yang tidak mengikuti dua mata ujian dalam ujian nasional."Kami sudah usahakan agar mereka bisa ikut ujian matematika dan bahasa Inggris pada Rabu dan Kamis besok, tetapi belum ada keputusan dari BSNP, karena dalam aturannya untuk ujian ulangan hanya bagi siswa yang berhalangan karena sakit, bukan yang meninggalkan ruangan," kata Jasrial yang juga Wakil Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat, hari ini.Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional menurunkan tim klarifikasi dugaan kecurangan ujian nasional ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Padang dan SMK Dhuafa Padang kemarin. Menurut Jasrial, Kamis (25/4) tim inspektorat kembali akan melakukan klarifikasi ke Padang."Menurut BSNP, pada 27 April mendatang mereka akan mengadakan sidang pleno untuk menentukan apakah siswa SMK Dhuafa Padang bisa atau tidak mengikuti ujian susulan. Jadi, saat ini BSNP masih mengumpulkan beberapa laporan," kata Jasrial.Sebelumnya, pada 18 dan 19 April lalu sebanyak 78 siswa SMK Dhuafa yang mengikuti ujian nasional di SMK Negeri 5 Padang meninggalkan ruangan ujian sebagai protes menyaksikan kecurangan di SMK5. Para siswa SMK Negeri 5 banyak yang keluar ruangan dan mencatat jawaban ujian yang ditulis di dinding toilet sekolah.Selain itu sejumlah guru SMK terlihat memberi kertas jawaban ujian kepada siswanya. Pada hari ketiga, mereka juga tidak mengikuti ujian karena menilai Dinas Pendidikan Nasional Kota Padang belum menyelesaikan pengaduan mereka. Ketua Yayasan Bakti Nusantara Isafat SMK Dhuafa, Syamsul Akmal, berharap ke-78 siswa SMK Dhuafa tidak dikorbankan dalam kasus tersebut. Mereka tidak mengikuti ujian dua mata pelajaran pada hari kedua dan ketiga."Seharusnya mereka diberi penghargaan karena melaporkan kecurangan. Jika ujian susulan tidak diberikan kepada mereka, kami akan menemui DPRD," katanya.Laporan Tim Pemantau Independen yang menyatakan tidak ada kecurangan, kata Syamsul, perlu dipertanyakan. Apalagi, foto jawaban soal yang tertulis di dinding toilet sekolah juga pernah dimuat sebuah harian lokal."Saat ujian berlangsung, siswa kami melihat anggota Tim Pemantau Independen hanya duduk-duduk di halaman sekolah, di lapangan basket, sementara kecurangan terjadi di toilet dan dalam kelas," katanya.Febrianti