TEMPO Interaktif,
Banda Aceh:Pemerintah Indonesia meminta Henry Dunant Centre dan Komite Keamanan Bersama untuk secepatnya mengusut secara obyektif penembakan yang mengakibatkan tewasnya satu anggota TNI dan melukai satu lainnya di Lokop, kecamatan Serbajadi, Aceh Timur, Selasa kemarin. Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah Indonesia menyesali masih terjadinya penyerangan terhadap TNI, meskipun perjanjian penghentian permusuhan dengan Gerakan Aceh Merdeka sudah ditandatangani. Dengan sangat menyesal, saya katakan kejadian itu telah merobek proses yang telah kita bangun dengan susah payah, kata dia, kepada wartawan, di Banda Aceh, Rabu (15/1). Yudhoyono menyesalkan peristiwa itu terjadi saat dirinya dan sejumlah duta besar dari komunitas internasional berada di Aceh untuk mempersiapkan bantuan bagi rehabilitasi dan rekonstruksi ekonomi Aceh. Sebelumnya, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Andrew Steer, ketika berada di Banda Aceh mengancam akan memutuskan aliran dana untuk Aceh apabila proses perdamaian terhenti. Dengan terjadinya kasus itu, Yudhoyono mengingatkan kepada seluruh jajaran TNI/Polri yang berada di Aceh untuk meningkatkan kewaspadaan. Kepada pemerintah daerah, dia meminta agar lebih intensif meningkatkan sosialisasi perjanjian penghentian permusuhan kepada seluruh lapisan masyarakat. Seperti diketahui, penembakan terhadap dua prajurit TNI dari kesatuan 431 Ujung Pandang yang bertugas di Kawasan Lokop, Kecamatan Serba Jadi, Aceh Timur, terjadi pada Selasa (14/1) sekitar pukul 13.45 WIB. Menurut Dandim 0104 Aceh Timur, Letkol Inf Muhammad Nakir, kejadian itu berawal ketika 6 personil TNI dengan mengendarai sepeda motor hendak menuju ke pos lainnya sejauh lima kilometer dari pos mereka. Dalam perjalanan, mereka tiba-tiba dihadang 10 anggota Gerakan Aceh Merdeka dengan menggunakan berbagai jenis senjata campuran. Akibatnya, dua prajurit TNI tertembak: Letda Ferdiansyah tertembak di paha dan tembus kebelakang, sedangkan Prada Warsono terkena peluru di bagian kepala. Prada Warsono meninggal dunia ketika berada di rumah sakit, Selasa (14/1) malam. Sedangkan Letda Ferdiansyah hingga Rabu (15/1) siang masih dirawat di salah rumah sakit di Medan, Sumatera Utara. Selanjutnya, pemerintah Indonesia, kata Yudhoyono, mengingatkan KKB untuk tidak memberi kesempatan, terutama pada pihak yang ingin memprovokasi perjanjian damai. Dia menilai hingga kini masih banyak aktivitas yang mengganggu proses membangun rasa saling percaya (trust building) di Aceh. "Dalam dua bulan ini banyak aktivitas yang bertentangan dengan semangat perjanjian damai," katanya. Aktivitas yang dimaksud tersebut adalah pameran kekuatan dengan persenjataan, rapat-rapat akbar di beberapa tempat, dan melakukan penjelasan yang tidak tepat untuk publik. "Kami berharap ini bisa dihentikan karena bisa memprovokasi perjanjian damai yang sudah berjalan hampir dua bulan, dan kami sudah meminta KKB untuk ini," kata Yudhoyono. Untuk menyikapi pihak-pihak yang menganggu trust building ini, Menko Polkam sudah meminta unsur pemerintah daerah dan jajarannya untuk lebih aktif dan intensif masuk ke desa-desa untuk mensosialisasikan perjanjian damai secara tepat. Sebab, sosialisasi tentang dokumen perjanjian damai tersebut belum mencapai sasaran. "Ingat, 9 Febuari 2003 ini akan dimulai langkah demiliterisasi di Aceh, dibarengi relokalisasi TNI, peletakan senjata GAM, dan pengalihan fungsi normal polisi," papar menteri. Indonesia sendiri, lanjut dia, tidak akan gegabah melakukan aksi-aksi sepihak dan akan tetap menghormati perjanjian damai. Dan, dalam perjanjian antara RI-GAM telah disepakati bahwa setiap aksi-aksi militer yang bersifat ofensif sebagai sebuah tindakan militer. Berdasarkan hal tersebut, "Pemerintah menganggap sah jika di Aceh Timur dilakukan langkah-langkah penindakan kejahatan oleh aparat keamanan," kata Yudhoyono. Meski dinodai oleh berbagai insiden, banyak hal positif yang telah dicapai dalam perjanjian damai. Di antaranya, menurut Menko Polkam, kehidupan sosial, ekonomi, dan keamanan di Aceh semakin membaik. "Jumlah insiden juga turun drastis," katanya. Sementara itu, Wakil Juru Bicara Gerakan Aceh Merdeka, Isnandar, mengatakan penyerangan TNI di Lokop, Aceh Timur, itu dilakukan karena satu peleton TNI memasuki wilayah GAM dengan mengendarai satu truk dan tiga sepeda motor. Jadi, bukan enam orang seperti dikatakan TNI. Boleh dicek ke masyarakat di sana, tukasnya. Dijelaskan, pada mulanya pihak Gerakan Aceh Merdeka sudah memberikan tiga tembakan ke atas sebagai peringatan agar TNI mundur dari wilayah itu. Namun, tembakan peringatan itu dibalas TNI ke arah mereka. Kontak senjata pun tak terhindarkan. Akibatnya, satu anggota TNI tewas dan satu lainnya kritis. (Yuswardi A. Suud-Tempo News Room)