TEMPO Interaktif, Solo:Dua kabupaten penghasil beras, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten tetap menolak beras impor sekalipun saat ini harga beras di daerah itu relatif masih tinggi. Kedua pemerintahan itu beralasan produksi berasnya setiap tahun mengalami surplus.Menurut Kepala Subd Dinas Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Klaten, Wahyu Praseya pada tahun lalu surplus beras di daerahnya mencapai 44 ribu ton. "Surplus beras itu masih tersimpan di gudang Dolog. Klaten tidak membutuhkan beras impor," kata dia, Senin (19/2).Menurut Wahyu, produktivitas padi di Klaten mencapai 5,9 ton gabah kering giling (GKG) di setiap hektar lahan sawah atau setara dengan 372,88 kilogram beras.Produktivitas itu di atas rata-rata nasional yang hanya di bawah 5 ton per hektar. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1.279.470 jiwa mencapai selama setahun adalah 170.169.510, kebutuhan beras di Klaten hanya sebanyak 170.169.510 dengan asumsi masing-masing jiwa membutuhkan 133 kilogram selama setahun. "Tahun ini meski terjadi bencana di sana-sini, surplus beras diperkirakan masih mencapai 29.500 ton," kata dia.Penolakan beras impor juga disampaikan Bupati Sukoharjo, Bambang Riyanto yang menyatakan daerahnya mengalami surplus beras sebesar 105.451 ton. Menurut Bambang Riyanto, pada tahun 2006 produksi beras di daerahnya mencapai 322.426 ton dan ditargetkan pada tahun ini produksi padi di daerahnya akan naik 10 persen atau menjadi 500 ribu ton. "Sebagai daerah yang surplus beras, wajar kalau kami menolak beras impor masuk ke Sukoharjo," kata dia.Sebelumnya, Menteri Pertanian Anton Apriantono meminta pengertian petani terhadap kebijakan pemerintah yang melakukan impor beras. (KORAN TEMPO, 19/2) Menurut dia stok beras nasional yang ada tidak cukup banyak untuk menstabilkan harga beras yang saat ini semakin mahal. Anton mengatakan impor beras hanya situasional. Menurut dia, keputusan impor beras juga untuk melindungi kepentingan petani sebab pada kenyataannya petani juga membutuhkan harga beras yang terjangkau.Dua pekan lalu di Sukoharjo, Anton mengatakan impor beras tidak diperlukan lagi apabila produksi beras Indonesia bisa mencapai 2 juta ton dan selalu bertambah setiap tahunnya minimal 5 persen. Dia mengatakan sebagai bangsa yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian mengimpor beras memang memalukan. "Saya juga akan mengatakan jangan masuk impor beras ke Indonesia, tetapi prodkusinya harus meningkat dulu," kata dia ketika itu.Imron Rosyid