TEMPO Interaktif, Jakarta:Kepala Subbidang Bina Kewaspadaan Gizi Departemen Kesehatan Tatang S. Falah mentargetkan, pada 2009, angka gizi kurang dan gizi buruk berkurang hingga 20 persen. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28 persen dari jumlah anak Indonesia. Pengurangan mungkin tercapai karena Departemen Kesehatan terus melakukan pelatihan tenaga kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten, dan puskesmas untuk menangani gizi buruk. Bukti keseriusan pemerintah, kata Tatang, bisa dilihat dari dana yang disiapkan untuk penanganan gizi buruk, sebesar Rp 700 miliar. "Dana itu akan digunakan terutama untuk pemberdayaan masyarakat sadar gizi dan untuk pemberian bantuan berupa vitamin buat anak-anak," katanya kepada Tempo di gedung Departemen Kesehatan kemarin. Sepanjang 2006, menurut Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Ina Hernawati, pemerintah baru menangani 19.567 kasus gizi buruk. Jumlah tersebut menurun jauh dibanding pada 2005, yang mencapai 76.178 kasus. "Dari 19.567 kasus, 193 anak meninggal karena terlambat ditangani," ujarnya. Namun, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005 yang dilakukan Badan Pusat Statistik menyebutkan estimasi kasus gizi buruk hingga 2006 mencapai sekitar 8,8 persen dari jumlah anak di Indonesia. Itu berarti ada sekitar 1,5 juta anak yang diperkirakan mengalami gizi buruk. Ina mengatakan angka penanganan dihimpun Departemen Kesehatan dari semua dinas kesehatan di Indonesia. Ia mengakui jumlah penanganan kasus tak sama dengan jumlah penderita gizi buruk. Bisa saja jumlah penderita melebihi jumlah kasus yang ditangani. Menurut dia, adanya perbedaan angka estimasi Badan Pusat Statistik dengan jumlah penanganan itu karena program pemerintah menurunkan kasus gizi buruk cukup berhasil. Salah satunya adalah revitalisasi posyandu yang melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi anak. Jika berat badannya tak sesuai dengan ketentuan dari Departemen Kesehatan, anak harus menjalani konsultasi kesehatan. Jika pengukuran kedua tak menunjukkan kenaikan berat badan, anak harus dibawa ke rumah sakit rujukan. "Dengan revitalisasi posyandu, kasus anak kurang gizi bisa ditangani dengan cepat sehingga tak berkembang menjadi gizi buruk," katanya. PRAMONO