Perempuan Bisa Jadi Raja di Yogya, Adik Sultan: Akan Picu Konflik

Reporter

Kamis, 31 Agustus 2017 21:57 WIB

Wakil Gubernur DI. Yogyakarta, Paku Alam IX (tengah) didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, GBPH Yudaningrat (kanan) dan Kepala Dinas Pariwisata DIY, Tazbir (kiri). TEMPO/Suryo Wibowo.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Adik tiri Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendoro Pangeran Hario (GBPH) Yudhaningrat menyesalkan putusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus frasa istri dalam pasal 18 ayat (1) huruf m Undang-Undang Keistimewaan DIY. Putusan itu diprediksi akan membuka peluang naik tahtanya raja Keraton Yogyakarta dari kalangan perempuan.

Yudhaningrat menduga kuat raja keraton selanjutnya atau pengganti Sultan Hamengku Buwono X kelak yang digadang tak lain adalah putri sulung Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi. Sebab Sultan HB X tak memiliki anak laki-laki.

“Kalau itu benar terjadi (raja perempuan naik tahta), internal keraton akan makin bertambah kacau, bisa perang sendiri, “ ujar Yudhaningrat saat dihubungi Tempo Kamis 31 Agustus 2017.

Putusan MK menghapus frasa istri sebagai syarat calon gubernur dan wakil gubernur DIY dinilai akan membawa implikasi luas. Sebab jabatan gubernur dan wakil gubernur DIY dilakukan dengan mekanisme penetapan. Yang berhak ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur sesuai Undang-Undang Keistimewaan adalah raja keraton dan kadipaten Puro Pakualaman bertahta.

Baca: Geger Raja Wanita: Putri Sultan HB X Angkat Bicara

Artinya, siapapun raja keraton yang ditahbiskan, otomatis ia akan menjabat sebagai Gubernur. Begitu pula di Kadipaten Puro Pakulaman, siapapun raja bertahta maka ia berhak ditetapkan sebagai Wakil Gubernur DIY.

Yudhaningrat menuturkan putusan MK dianggap kurang tepat karena hanya mengakomodasi tentang gender dilihat dari perspektif Undang-Undang 1945 bahwa warga negara tak peduli laki-laki atau perempuan memiliki persamaan termasuk dalam bidang politik.

“Apa MK tak mempertimbangkan soal hak asal-usul dalam UU Keistimewaan DIY? “ ujar Yudhaningrat. Yudha menuturkan, Yogyakarta mendapatkan hak keistimewaan karena memiliki tradisi kesejarahan panjang sebagai kerajaan Mataram Islam yang di dalamnya mengusung konsep kekhalifahan.

Dalam konteks itu, ujar Yudha, yang berhak menjadi raja sesuai adat kerajaan Mataram Islam adalah laki-laki.

“Sebab raja sekaligus imam, inilah paugeran (adat istiadat) keraton yang dijunjung selama ini, ” ujarnya. Yudha menyesalkan ketika pertimbangan kesejarahan Keraton Yogya sebagai kerajaan Maratam Islam itu gugur karena perspektif gender belaka.

“Kalau begitu, apa imam Masjid Istiqlal bisa diganti perempuan? Apa kepala-kepala suku di tanah air ini bisa diganti perempuan?” ujarnya.

Yang berhak menunjuk pengganti raja selanjutnya di Keraton Yogyakarta kelak tak lain raja bertahta itu sendiri. Dalam hal ini Sultan HB X yang memiliki kewenangan penuh kelak akan menunjuk siapa. Namun Yudha, juga kerabat keraton lainnya, selama ini memprediksi bahwa kelak yang ditunjuk HB X menggantikannya tak lain putri sulungnya, GKR Mangkubumi.

Simak pula : Sultan HB X: Klarifikasi Gelar Tak Berkaitan Penetapan Gubernur

“Nashab (garis keturunan) Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I) akan berakhir jika raja berikutnya perempuan, karena raja perempuan itu otomatis mengikuti nashab suaminya,” ujar Yudho.

Atas putusan MK itu, Yudhaningrat menyatakan para kerabat keraton sudah mengetahui. “Kami akan rapatkan barisan, karena putusan MK ini sudah final,” ujar Yudha lagi.

Sultan HB X sendiri meminta para adik dan kerabatnya yang selama ini mempersoalkan terkait gugatan pasal 18 UU Keistimewaan ke MK itu mau menerima putusan yang ada dengan jernih. “Ini sudah keputusan MK, lha mau apa, ya diterima lah,” ujar Sultan.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

10 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

18 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

19 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

30 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

31 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

45 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

50 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

51 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya