Bangunan & Tata Kota Yogya Belum Cerminkan Keistimewaan

Reporter

Kamis, 17 Agustus 2017 04:01 WIB

Warga melintasi papan yang ditempeli poster bertuliskan "Jogja Tidak Dijual" di Yogyakarta (17/10/). Seniman setempat memprotes kebijakan walikota Haryadi Suyuti yang dinilai mengkomersialisasikan ruang publik. TEMPO/Suryo Wibowo.

TEMPO.CO, YOGYAKARTA -Bangunan di kawasan perkotaan Yogyakarta dinilai belum mencerminkan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebab, pertumbuhan gedung tidak direncanakan dengan perencanaan desain yang secara menyeluruh (grand design) yang menonjolkan ciri khas bangunan Yogyakarta. Kalangan praktisi dan akademisi menilai tata ruang juga masih kurang adanya ruang terbuka hijau dan dirusuhi oleh banyaknya papan iklan yang menjadi sampah visual.

"Jika tata ruang ingin mencerminkan Keistimewaan Daeerah Istimewa Yogyakarta, maka dibutuhkan lembaga khusus pengawal pembangunan," kata Suparwoko, arsitek dari Magister Arsitektur Universitas Islam Indonesia di sela Workshop Pengantar Rancang Yogja Istimewa, di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogya, Rabu, 16 Agustus 2017.

Suparwoko menambahkan, lembaga khusus ini mengawal agar pembangunan bisa tertata dan terkendali. Karena kawasan perkotaan tidak hanya di wilayah administrasi Kota Yogyakarta saja. Tetapi juga menyentuh Bantul, Sleman, dan juga di Gunungkidul bagian barat. Lembaga atau tim khusus pengawal pembangunan nanti sebagai payung penerapan kebijakan Pemerintah Daerah dan pemerintah kabupaten/kota.

Sebab, tiap pemangku kebijakan di wilayah memiliki rencana jangka pendek dan jangka panjang tata ruang wilayah setempat. Peran lembaga pengawal diharapkan bisa mengontrol implementasi kebijakan pembangunan daerah. Tata bangunan saat ini maaih konsentrasi di seputar Malioboro.

Sehatusnya rancang kota juga harus menyasar kawasan pinggiran strategis sebagai konsep urban desain. Misalnya Masjid Patok Negoro yang memiliki nilai sejarah tinggi bisa dijadikan batas wilayah perkotaan, selokan mataram ditata sebagai kanal kota.

Menurut Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta Ahmad Saifudin, kawasan perkotaan yang ideal sesuai prinsip keistimewaan, harus menghadirkan beberapa indikator.

Di antaranya batas kota yang jelas, mempertahankan kawasan heritage, dan konservasi ruang hijau. Tidak di pungkiri, jika masuk wilayah jalan Magelang, untuk masuk perkotaan justru disuguhi patung Mc Donald yang merupakan produk impor.

Selain itu, ia mencontohkan wilayah yang masih tertata bagus yaitu kawasan Kotabaru yang memiliki konsep kota hijau sejak tahun 1920-an. Meski kini ada beberapa bangunan yang baru berdiri, namun kebijakan mempertahankan bangunan heritage atau cagar budaya serta taman kota layak diacungi jempol.

"Yogya miliki sejarah tata kota yang bagus, tapi dengan pembangunan yang semakin tak terkendali perlu ada lembaga yang mengontrol," kata dia.

Konsep kota hijau juga hatus ditunjukkan. Pohon-pohon yang ditanam seperti pohon mentaok, pohon timoho, pohon gayam, sawo kecik, pohon tanjung, pohon asem yang mempunyai ciri khas tanaman khas Yogyakarta. Lembaga yang diusulkan untuk mengawal dan menhontrol pembangunan adalah Tim Arsitektur Bangunan Gedung dan Tim Bangunan Gedung Hijau bisa dilibatkan dalam lembaga khusus pengawal pembangunan.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Sultan Hamengku Buwono X Jawab Komentar Ade Armando Soal Dinasti: Silakan Diubah Undang-Undangnya

4 Desember 2023

Sultan Hamengku Buwono X Jawab Komentar Ade Armando Soal Dinasti: Silakan Diubah Undang-Undangnya

Sultan Hamengku Buwono X menyatakan dirinya hanya menjalani amanat undang-undang.

Baca Selengkapnya

Ribuan Orang Ramaikan Gelaran SiBakul Sport Fest 2023 Di Stadion Mandala Krida Yogyakarta

10 September 2023

Ribuan Orang Ramaikan Gelaran SiBakul Sport Fest 2023 Di Stadion Mandala Krida Yogyakarta

Dalam satu kegiatan lomba lari saja, ada 3.500 peserta mengikuti event lari SiBakul Sport Fest melintasi jalur sumbu Filosofis Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Libur Akhir Pekan Ini di Yogya, Jangan Lewatkan Dua Hari Parade Gamelan Nusantara

25 Agustus 2022

Libur Akhir Pekan Ini di Yogya, Jangan Lewatkan Dua Hari Parade Gamelan Nusantara

Parade gamelan Nusantara ini akan diikuti 50 seniman karawitan dan bakal berkeliling ke sejumlah titik di wilayah Kulon Progo.

Baca Selengkapnya

Saat SBY Menyinggung Perannya Lahirkan UU Keistimewaan Yogya

9 April 2018

Saat SBY Menyinggung Perannya Lahirkan UU Keistimewaan Yogya

SBY menyinggung perannya menelurkan UU Keistimewaan Yogya pada saat ia jadi presiden. SBY minta kader Demokrat dukung Keistimewaan Yogya.

Baca Selengkapnya

Bela Amien Rais, PAN: Rakyat Yogyakarta Sulit Punya Hak Tanah

22 Maret 2018

Bela Amien Rais, PAN: Rakyat Yogyakarta Sulit Punya Hak Tanah

PAN Yogya membela pernyataan Amien Rais soal bagi-bagi sertifikat oleh Jokowi. PAN meminta pemerintah melihat masalah pertanahan di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Rela Jadi Plt Gubernur

9 Oktober 2017

Sultan Hamengku Buwono X Rela Jadi Plt Gubernur

Presiden Jokowi baru akan melantik Sultan Hamengku Buwono X pada 16 Oktober mendatang. Sultan Hamengku Buwono siap jadi Plt Gubernur.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta sumbang warisan budaya tak benda terbanyak

4 Oktober 2017

Yogyakarta sumbang warisan budaya tak benda terbanyak

DI Yogyakarta menyumbang 18 warisan budaya. Kantongi sertifikat penetapan Warisan Budaya Tak Benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Baca Selengkapnya

Jatuh Saat Balap ARRC, Wahyu Aji Jalani Operasi Tangan di Yogya

26 September 2017

Jatuh Saat Balap ARRC, Wahyu Aji Jalani Operasi Tangan di Yogya

Pembalap Yamaha Racing Indonesia, Wahyu Aji menjalani operasi tangan kirinya setelah mengalami kecelakaan di Asia Road Racing Championship (ARRC)

Baca Selengkapnya

Isu Raja Perempuan, MUI Yogya: Sultan Sebaiknya Tetap Laki-laki

15 September 2017

Isu Raja Perempuan, MUI Yogya: Sultan Sebaiknya Tetap Laki-laki

MUI berharap kalangan internal keraton bisa segera menyelesaikan polemik dengan tetap berpijak pada Al Quran dan Hadist.

Baca Selengkapnya

Buwono atau Bawono? Pelantikan Gubernur DIY Diminta Ditunda

13 September 2017

Buwono atau Bawono? Pelantikan Gubernur DIY Diminta Ditunda

Pelantikan Sultan HB X dan Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY aka dilaksanakan Oktober 2017 mendatang.

Baca Selengkapnya