TEMPO Interaktif, Semarang:Rehabilitasi hutan di wilayah Jawa Tengah membutuhkan dana sekitar Rp 195 milyar. "Hutan yang perlu direhabilitasi seluas 65 ribu hektar. Satu hektar membutuhkan Rp 3 juta," kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono di Semarang, Selasa (7/11).Menurutnya, rehabilitasi ini diperlukan, karena kerusakan hutan yang hebat akibat penjarahan atau penebangan kayu. Sri Puryono mengatakan, maraknya penjarahan ini disebabkan permintaan kayu olahan, terutama untuk mebel sangat besar. "Perusahaan mebel sangat banyak, sementara kayunya sangat sedikit," katanya. Penyebab lain kerusakan hutan adalah kebakaran setiap musim kemarau. Saat ini, kata dia, hutan yang sudah terbakar di Jawa Tengah seluas 5 ribu hektar. "Padahal, tahun lalu hanya 2.900 hektar," katanya. Tahun ini, kata dia, kerugian akibat kebakan itu mencapai Rp 200 juta. "Kerugian itu tergolong sedikit karena yang terbakar hanyalah rumput dan alang-alang," katanya.Sri Puryono mengatakan, sumber dana untuk rehabilitasi ini berasal dari penyisihan keuntungan Perum Perhutani. Menurut Sri Puryono, setiap tahun keuntungan yang diperoleh Perum perhutani sekitar Rp 2 trilyun. "Kami akan mendapatkan 5 persen dari Rp 2 trilyun itu," ujarnya. Selain itu, kata dia, setiap tahun Dinas Kehutanan juga mendapatkan dana bersumber dari APBN Pusat dan APBD Jawa Tengah. "APBN mendapatkan Rp 58 milyar dan APBD sebesar Rp 6 milyar," katanya.Sri Puryono mengatakan, program rehabilitasi ini akan dilakukan hingga 2010. Pada 2010 tidak ada kawasan hutan yang kosong. "Seluruh kawasan hutan harus ada tanaman pohonnya," katanya.Selain itu, kata dia, juga akan dilakukan rehabilitasi hutan yang targetnya adalah sebanyak 30 persen dari luas daratan harus dijadikan hutan. Saat ini, kata dia, luas hutan dari luas daratan masih 28,4 persen. "Jadi masih ada target 1,6 persen daratan yang harus harus ditanami pohon," katanya.ROFIUDDIN