TEMPO Interaktif, Palembang: Upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan Sumatera Selatan diselimuti asap tebal belum bisa dicegah. Rencama membuat hujan buatan terkendala oleh kondisi cuaca yang belum memungkinkan.Sekretaris Daerah Sumatera Selatan H. Sofyan Rebuin menuturkan, hasil pertemuan dengan Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dinyatakan hujan buatan belum bisa dibikin.“Kalau dipaksakan hasilnya tidak memuaskan dan tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan," katanya, Selasa. Menurutnya, dana dibutuhkan untuk membuat hujan buatasan sekitar Rp 2,8 miliar. Asep Karsidi, dari BPPT mengatakan, seharusnya pada bulan ini angin barat sudah membawa uap air. Tapi, dari hasil pantauan terlihat fenomena temperatur permukaan laut di laut sebelah barat Sumatera laut Hindia dan bagian barat antara Sumatera dan Jawa, masih dingin pada level minus satu.“Seharusnya kondisi ini sudah mulai panas sehingga ada proses penguapan air laut. Karena kondisi udara dingin tidak ada penguapan dan tidak ada suplai uap air dari sekitar wilayah tersebut. Sehingga angin barat tidak membawa uap air,” kata Asep.Penyebab lainnya, kata dia, adanya siklon di sekitar Filipina berupa pusaran angin yang menyebabkan masa mulekul udara terangkat ke atas. Hal ini menyebabkan air terangkat kembali ke atas bukan turun ke wilayah Sumatera Selatan, Jawa, serta Kalimantan Selatan.Dari hasil foto satelit yang ditampilkan, Asep menjelaskan, kondisi awan malah naik di atas Kalimantan Timur ke arah Serawak dan Filipina. Kondisi adanya siklon ini juga mempersulit keberadaan uap air, khususnya pada daerah-daerah yang sekarang ditargetkan bisa turun hujan.Musim kemarau di wilayah Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan bencana kebakaran sejumlah hutan. Akibatnya asap kebakaran menyelimuti sejumlah kota seperti Riau, Palembang, Palangkaraya, hingga Balikpapan.ARIF ARDIANSYAH