TEMPO Interaktif, Timika:Upacara mendamaikan perang suku di Papua kembali digelar kemarin. Tiga kelompok yang bertikai, yaitu Suku Dani, Suku Damal, dan Suku Mee, membaur mengikuti upacara gapura di Kwamki Lama, Mimika Baru. Proses upacara ditandai dengan pemanahan dua ekor anak babi, pelepasan tali busur, dan mematahkan panah dari masing-masing suku. Tidak ada pesta bakar batu lantaran mereka telah makan-makan bersama selama dua hari pada Selasa dan Rabu lalu. Ritual warga pegunungan tegah Papua itu disaksikan Wakil Gubernur Provinsi Papua Alex Hesegen, Ketua Majelis Rakyat Papua Agus Alua, Bupati Kabupaten Mimika Klemen Tinal, dan Kepala Polres Mimika Ajun Komisaris Besar Jimmy Tuilan.Prosesi perdamaian dimulai pendirian gapura dari bambu yang dibelah. Di sekitar gapura ditancapkan beberapa batang tebu kemudian dicat warna merah. Para wakil suku datang membawa anak babi untuk dikurbankan.Binatang itu lantas dipanah di bawah gapura dan dilemparkan ke posisi masing-masing suku yang dilanjutkan berbaris sambil yel-yel meneriakkan perdamaian. Busur dan panah yang dikumpulkan langsung dibakar. Mereka menyatakan ikrar: Apabila terjadi perang lagi pada waktu mendatang pihak pertama yang membuat perang harus diproses hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia."Saya pegang pernyataan saudara. Bagi siapa saja yang berbuat keributan langsung berhadapan dengan aparat. Pernyataan damai ini harus dipegang sampai dunia kiamat,” ujar Alex Hesegen.Perang suku di Timika yang berlangsug sejak dua bulan lalu telah menewaskan sebanyak 19 orang dan puluhan luka-luka. Mereka sulit damai lantaran adanya tradisi perang di mana jumlah korban dari masing-masing kelompok harus sama.Upaya damai dengan pesta bakar batu sudah beberapa kali digelar. Namun, tak lama kemudian perang berkobar lagi dan korban meninggal berjatuhan. Suku Mee yang selama ini dikenal netral. terpaksa terlibat perang karena salah satu anggotanya tewas terkena panah.MARSELUS DOU