TEMPO Interaktif, Riau:Upaya menanggulangi kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau mengerahklan aparat militer dan kepolisian. Sekretariat Bersama Pusat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Riau, menerjunkan sebanyak 600 anggota militer dari Pangkalan Udara Pekanbaru dan Komando Rayon Militer 031 Wirabima.Pasukan itu diperkuat puluhan petugas dari Kepolisian Daerah Riau. "Bantuan itu kami ajukan dua hari lalu. Tugas mereka selain membantu pemadaman juga menangkap siapa saja yang senagaja membakar lahan atau hutan," ujar Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Riau, Khairul Zainal, Senin. Menurut Khairul, tentara tersebut disebar di empat kabupaten yang sekarang mengalami kebakaran parah. Kabupaten itu adalah Indragiri Hulu, Rokan Hilir, Pelalawan, dan Rokan Hulu. Khairul berharap dengan dukungan aparat pelaku pembakaran benar-benar bisa diungkap.Dia mensinyalir sulitnya menangkap pembakar hutan karena kuatnya jaringan pelaku dan dibekingi cukong. Modus para cukong seringkali melibatkan aparat. "Sehingga, mereka yang tertangkap selama ini hanya pekerja rendahan atau suruhan," ungkap Khairul. Berdasarkan data di kantor pusat penagggulangan kebakaran di Riau cenderung meluas. Walau jumlah titik api sempat menurun dari 56 titik menjadi 36 titik, namum cakupan luas areal yang terbakar meningkat. Pada dua hari lalu, misalnya, tercatat 2.000 hektare lebih lahan yang terbakar di Riau. "Saat ini kawasan gambut di Kabupaten Pelalawan ikut terbakar dalam radius 10 kilometer lebih. Ini kejadian yang sangat luar biasa," kata Khairul. Sebelumnya lagi, sekitar 1.000 hektare lahan Konservasi Gajah Indonesia di area Hutan Taman Nasional Tesso Nilo Riau hangus terbakar. Lokasi kebakaran selain di ladang ilegal juga lokasi inti taman.Sejumlah penggiat lingkungan di Riau pesimistis tingkat keberhasilan upaya pemerintah yang menerjunkan aparat militer ke medan kebakaran. "Langkah ini hanya akan mengaburkan akar masalah kebakaran hutan maupun lahan," ujar Ahmad Zazali dari Jaringan Kerja Penyelamatan Hutan Riau.Dia menilai, siapa pun aparat yang dilibatkan hasilnya sama saja; pelaku utama tetap sulit ditangkap. "Tim ini hanya semacam terapi sesaat bagi pelaku pembakaran atas perluasan lahan dan hutan," katanya. Ahmad Zazali menyimpulkan, menerjunkan aparat militer bukan solusi yang tepat. "Dengan teknologi pemetaan titik api mestinya persoalan sudah jelas. Tinggal menangkap pemilik saja. Ini yang tidak dilakukan," ujarnya.Wahana Lingkungan Hidup Riau M. Teguh menambahkan, pokok masalahnya proses peradilan yang kabur. "Para pekerja selalu menjadi tumbal. Pelaku utamanya bebeas berkeliaran, " ujar Teguh.JUPERNALIS SAMOSIR