eorang nenek bernama Wati, 58 tahun, meminta kepada Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk menaikkan tunjangan pensiun suaminya yang merupakan pegawai negeri sipil yang bekerja di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan, 3 November 2016. TEMPO/Larissa
TEMPO.CO, Jakarta - Saat demonstrasi menentang calon Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, tengah berlangsung di Ibu Kota, Jumat, 4 November 2016, beredar kabar di kalangan jurnalis lewat pesan berantai bahwa Ahok akan mengundurkan diri dari pencalonannya dalam pilkada DKI 2017.
Kabar itu tertulis, "BREAKING NEWS. Seluruh awak media diminta stand by: Ahok Akan Mundur Jam 15.00 WIB."
Wakil Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Djarot Saiful Hidayat, membantah Ahok mengundurkan diri sebagai calon gubernur Ibu Kota 2017. Bahkan ia mengaku belum mendengar kabar tersebut. "Itu hoax," kata Djarot setelah menyapa warga di Pasar Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur, Jumat, 4 November 2016.
Justru, menurut Djarot, demonstrasi umat Islam hari ini merupakan kesempatan untuk menguji demokrasi di Indonesia. Djarot mempertanyakan apakah masyarakat benar-benar bisa menjadi orang Indonesia seutuhnya yang memahami heterogenitas.
"Saya sampaikan, saya oleh Tuhan ditakdirkan sebagai orang Jawa yang beragama Islam. Pak Ahok ditakdirkan Tuhan sebagai orang Belitung dan Cina yang beragama Kristen. Itu satu kodrat bagi kita semua dan kita bersumpah bahwa kita menyatu," ucapnya.
Djarot meminta demonstrasi itu tidak disangkutpautkan dengan pilkada 2017. Sebab, demonstrasi dan pilkada adalah hal yang berbeda. "Kita sudah sepakati bersama bahwa mari kita bikin pilkada tanpa isu SARA. Kalau sudah SARA, berarti itu provokator."