TEMPO Interaktif, Cianjur:Sebanyak 5.500 pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum di wilayah Cipanas dan Puncak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terutama di kompleks perumahan mewah, vila dan real estate, terpaksa menerima penggiliran jatah air. Hal ini menyusul debit air dari sumber Sungai Cikundul mengalami penyusutan drastis akibat kekeringan.Kepala Bagian Produksi dan Distribusi PDAM Cianjur, Budi Karyawan, mengatakan debit air di Sungai Cikundul yang semula 2.500 liter per detik, saat ini tinggal tersisa 250 liter per detik atau hanya tinggal 10 persen. Akibatnya, ketersediaan air bersih bagi pelanggan defisit dan harus dilakukan penggiliran. "Kalau tidak, akan ada daerah-daerah di wilayah Cipanas dan Puncak yang tidak kebagian air," ujar Budi kemarin.Menurut Budi, selama ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga Cipanas, Puncak dan sekitarnya, PDAM mengandalkan pasokan air dari sumber Sungai Cikundul. Namun, lantaran hutan di kawasan Gunung Gede dan Pangrango sudah banyak yang rusak, setiap musim kemarau Sungai Cikundul sering mengalami kekeringan.Selain itu, pihak PDAM pun harus berbagi dengan LIPI yang mengelola Kebun Raya Cibodas serta para petani agropolitan. "Para petani sayuran pun mengandalkan pasokan air dari sumber yang sama dengan kita," sambung Budi.Untuk mengatasi persoalan tersebut, menurut Budi, pihaknya sedang mengajukan proposal kepada pemerintah setempat untuk melakukan eksplorasi terhadap Sungai Cisaladah yang masih berdekatan dengan Sungai Cikundul. Budi berharap, jika pemerintah mengizinkan, sumber air Sungai Cisaladah bisa membantu sebagai kantong cadangan air PDAM ketika debit air Sungai Cikundul mengalami penurunan.Deden Abdul Aziz