TEMPO Interaktif, Purwakarta: Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengancam akan mengobrak-abrik ratusan warung remang-remang yang biasa dijadikan transaksi prostitusi yang berjejer di sepanjang jalan utama Cibungur sampai Cikopo, Kecamatan Bungur Sari. Ancaman itu akan benar-benar dilaksanakan jika pemerintah daerah dan aparat kepolisian tidak segera menertibkan praktek prostitusi tersebut. "Kami sudah jengah," kata Asep Hamdani, Ketua FPI Kabupaten Purwakarta, kepada Tempo, Senin (13/2).Menurut Asep, pihaknya sudah dua kali mendatangi Bupati Lily Hambali Hasan, para anggota Dewan dan aparat kepolisian resort Purwakarta, tetapi tak pernah mendapatkan kepastian kapan lokasi prostitusi tersebut diberangus. "Mereka hanya janji-janji saja," kata Asep. Rencana aksi FPI Purwakarta tersebut, rencananya akan dikoordinasikan dengan FPI Bandung dan Jakarta. "Ancaman kami serius," Asep menegaskan sikapnya.Asep curiga, tak berdayanya pihak pemda dan aparat kepolisian dalam menangani komplek prostitusi yang terkenal dengan sebutan Cilodong satu (yang berjejer di sepanjang jalan raya) dan Cilodong dua (yang berjejer di pinggiran rel kereta api), karena mereka mendapatkan jatah "uang keamanan" dari para mucikari disana. "Informasi itu kami dapatkan langsung dari pemilik warung dan warga sekitar," Asep menuturkan. Kecuarigaan itu juga didasarkan pada fakta lapangan bahwa pada beberapa tahun silam, dua lokasi prostitusi tersebut telah diobrak-abrik oleh bupati yang lalu, Bunyamin Dudih. "Sekarang menjamur lagi, ini kan pasti ada apa-apanya," kata Asep. K.H Syah Alam Ridwan Al-Fatah, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Islam, sepakat kalau lokasi tersebut diobrak-abrik lagi. "Kondisinya jelas-jelas telah mencoreng Purwakarta yang dikenal luas sebagai kota santri," kata Ridwan.Lily Hambali Hasan, Bupati Purwakarta, meminta FPI Purwakarta tidak langsung meminta bantuan kepada FPI Bandung dan Jakarta. "Mendingan koordinasi dengan kita (pemda) saja," kata Lily. Kalau penertiban itu dilakukan bersama orang luar Purwakarta, seolah-olah orang Purwakarta tak memiliki kemampuan sama sekali. "Mau dikemanakan harga diri kita," kata Lily. Ia juga mengingatkan agar FPI tidak menyamaratakan bahwa seluruh warung yang ada di sana seluruhnya tempat prostitusi. "Diantaranya ada yang murni berusaha," Lily mencoba memberikan alasan.Lily mengaku telah memerintahkan Eeng Rafei, Asisten Tata Praja, untuk melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian, agar tindakan penertiban bisa dilakukan segera. Eeng menyatakan siap menertibkannya dalam waktu dekat. Ia khawatir jika penertiban dilakukan oleh FPI akan menimbulkan tindakan kontraproduktif dari para pemilik warung remang-remang itu. "Kita tidak menginginkan itu terjadi," katanya. Nanang Sutisna