Petugas kepolisian berjaga di depan rumah seorang warga yang diamankan saat penggerebekan di Desa Langgen, Telang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, 15 Januari 2016. Densus 88 Antiteror dibantu kepolisian mengamankan lima orang terduga teroris. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi II Bidang Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Teroris Inspektur Jenderal Arief Darmawan mengatakan dia tak sependapat jika deradikalisasi yang dilakukan pihaknya dianggap tak efektif. "Bukan tak efektif, hanya hasilnya kurang maksimal," kata Arief saat ditemui di daerah Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 16 Januari 2016.
Arief kemudian menjelaskan, meski upaya-upaya deradikalisasi dilakukan dan terlihat bahwa para napi teroris itu mulai ingin mengubah pandangannya menjadi tak lagi radikal, tetap saja tak bisa diketahui isi hati mereka yang sebenarnya. "Ibaratnya lain di bibir, lain di hati."
Ia juga mengatakan bahwa deradikalisasi adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu, dana, serta partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat untuk melakukannya. Ia juga merasa tak setuju jika pemerintah disebut kecolongan dalam teror ini.
Hal ini dia katakan karena ternyata pelaku teror adalah para residivis yang pernah ditangkap karena kasus serupa sebelumnya. "Sekarang maling ayam, apakah dia bisa nyolong lagi? Bisa saja, kan?" ia menuturkan.
Ia menyatakan, yang ia ketahui, dari sekitar 600 orang yang ditangkap, pasti akan ada saja yang kembali ke jaringan terorisme setelah keluar dari tahanan. "Sebanyak 10-15 persen dari mereka itu pasti akan kembali ke kelompoknya."
Bagi Arief, pihaknya sudah bersiaga sepanjang tahun untuk mengatasi teror. Hal ini, menurut dia, bisa terlihat dari penangkapan-penangkapan yang dilakukan pada Desember silam. "Kemarin terjadi karena ada kelengahan kecil yang enggak bisa ditutup," ujarnya.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Bangbang Surono, A.k, M.M, CA., optimis BNPT mampu berperan dan berdampak dalam mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
26 Februari 2024
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
Executive Board Asian Moslem Network (AMAN) Indonesia, Yunianti Chuzaifah, menyoroti kaitan kaum perempuan Indonesia dengan terorisme tak hanya terjadi di ruang publik, melainkan juga di ruang domestik.