Edhi Sunarso, Pembuat Diorama Monas dan Tugu Pancoran  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Selasa, 5 Januari 2016 11:35 WIB

Patung Dirgantara atau lebih dikenal sebagai Patung Pancoran di Jakarta karya Edhi Sunarso, Jakarta. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Sejarah patung monumen di Indonesia mengukuhkan Edhi Sunarso sebagai salah seorang pelopor seni patung modern Indonesia. Ia mengerjakan 11 patung monumen sejak 1953 hingga 2000 dan sembilan diorama sejarah. Dari monumen Tugu Muda di Semarang sampai monumen pahlawan Ida Bagus Japa di Bali; dari diorama sejarah di Monumen Nasional Jakarta pada 1963 sampai diorama sejarah Museum Tugu Pahlawan 10 November di Surabaya pada 2003.

Edhi Sunarso wafat Senin, 4 Januari 2016 pada pukul 22.53. Jenazah disemayamkan di rumah duka Griya Seni Kustiyah Edhi Sunarso, Desa Nganti RT 02 RW 07, Jalan Cempaka No. 72, Mlati, Sleman, Yogyakarta, dan akan dimakamkan di makam seniman Imogiri. Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka pukul 13.00, Selasa, 5 Januari 2016.

Reputasinya sebagai pematung mo­numen bukannya tak berisiko. Pernah suatu ketika ia dikenal sebagai pematung proyek atau seniman patung pesanan. Toh, ia tak peduli. ”Saya membuat patung monumen sebagai peng­abdian,” katanya ketika berpameran tunggal di Jogja Gallery. Pameran patung Edhi Sunarso ini pernah dimuat Majalah Tempo edisi 25 Januari 2010.

Sebagian besar hi­dupnya, selain sebagai dosen ­patung di Sekolah Tinggi Seni Rupa ASRI Yogyakarta (kini ISI Yogyakarta), ia habiskan untuk menggarap patung monumen dan diorama sejarah. ”Saya sebagai seniman terkadang merasa je­nuh dengan pekerjaan diorama ini. Bukan hanya waktu pengerjaannya sangat lama, melainkan kebebasan berekspresinya pun ikut terkungkung,” ujar Edhi. Tak aneh, sebagai seniman patung, karya patung individualnya sedikit jumlahnya, sebagaimana yang dipamerkan di Jogja Gallery itu.

Sebagai pembuat patung monumen dan diorama sejarah, Edhi harus taat dengan narasi untuk menggalang rasa nasionalisme. Secara visual pun ia harus menggunakan citraan realis. Pada patung monumen, ia menampilkan figur ekspresif, sangat maskulin, dan punya karakter gerak. Misalnya karya patung Pembebasan Irian Barat, berupa sosok pria dengan tubuh berotot, tangan mengepal, dan mulut terbuka seperti sedang berteriak.

Pada karya patung Dirgantara di Jakarta, sosok laki-laki dengan kaki kukuh menopang tubuh melengkung bak siap melesat ke udara. Kemampuan membuat patung realis ia peroleh dari gurunya, pelukis Hendra Gunawan, yang juga membuat patung pada masa itu, hingga mempelajari anatomi dari dosen Universitas Gadjah Mada.

Namun, pada karya individualnya, Edhi bergerak lebih dinamis. Ia menggarap patung dari citraan realis ke bentuk deformatif (pemiuhan) hingga abstrak. Perubahan itu tampak sejak ia belajar di Departemen Seni Rupa Universitas Visva Bharati, Shantiniketan, India, pada 1955. Kecenderungan baru itu berlanjut setelah ia kembali ke Indonesia dua tahun kemudian. Pada sejumlah karyanya, ia memanfaatkan keindahan serat kayu sonokeling untuk mengolah bentuk, volume, dan ruang, yang menghasilkan abstraksi bentuk figur atau torso wanita.

Pada beberapa karya, Edhi bahkan nyaris meninggalkan bentuk figur manusia. Hanya kesan gerak dan beberapa bagian yang secara samar mengisyaratkan bagian tubuh manusia. Misalnya pada karya Torso#1 (1958), berupa torso perempuan yang menunjukkan bagian pinggul ke bawah melebar, sedangkan tubuh bagian atas meliuk langsing dengan dua buah dada hanya berupa gundukan kecil. Pada karya ini, gerak tubuh wanita yang gemulai diolah lewat penyederhanaan bentuk sehingga menampilkan sensualitas yang lembut. ”Inilah yang menjadi ciri khas karyanya,” ujar Anusapati, kurator pameran.

Merebaknya modernisme lewat gaya abstrak (nonrepresentasional) pada 1970-an tak banyak berpengaruh pada karya patung Edhi. Hanya beberapa karyanya yang betul-betul bercorak abstrak, misalnya Keseimbangan, berupa dua pilar melengkung secara ho­rizontal dengan dua bentuk bulat pada ujung yang berbeda. Sebaliknya, abstraksi bentuk figurlah yang paling menonjol pada karya individual Edhi, yang kemudian berpengaruh pada karya banyak seniman patung yang ia didik di Sekolah Tinggi Seni Rupa ASRI.

Berbeda dengan pematung lain yang kebanyakan hidup dari karya ­patung individual, Edhi hidup sepenuhnya dari proyek patung. Selama itu, ia hanya bisa mengikuti pameran patung bersama. Edhi baru bisa menggelar pameran tunggal saat perannya surut dengan usia yang menua, ketika rezim politik berganti, saat gelora nasionalis­me bukan lagi merupakan proyek politik yang seksi. Namun satu hal yang tak dapat disangkal, dialah perintis patung mo­numen di negeri ini, dengan meng­ubah kemustahilan teknis menjadi keniscayaan.

RAIHUL FADJRI, SUNUDYANTORO

Berita terkait

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

11 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

30 hari lalu

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

35 hari lalu

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S

Baca Selengkapnya

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.

Baca Selengkapnya

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.

Baca Selengkapnya

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.

Baca Selengkapnya

Siapa Pencetus Nama Pramuka?

14 Agustus 2023

Siapa Pencetus Nama Pramuka?

Nama Pramuka diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mendapat inspirasi dari kata Poromuko, yang berarti pasukan terdepan dalam perang.

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

14 Agustus 2023

Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

Awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie pada 1912.

Baca Selengkapnya

Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

13 Agustus 2023

Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

Masyarakat di Pekon (Desa) Sukapura, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat menerima SK pembebasan hutan kawasan dari Menteri Siti Nurbaya.

Baca Selengkapnya

LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

8 Juli 2023

LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

Sebelum LRT Jabodebek yang bakal diresmikan bulan depan, Jakarta yang dahulu Batavia hingga pasca Kemerdekaan pernah memiliki moda Trem.

Baca Selengkapnya