Rencana Olah Sampah Pemerintah Dinilai Gegabah  

Reporter

Kamis, 24 Desember 2015 16:12 WIB

Petugas Suku Dinas Kebersihan Kepualauan Seribu memindahkan sampah dari kapal pengankut sampah ke truk di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, 16 Desember 2015. TEMPO/M IQBAL ICHSAN

TEMPO.CO, Bandung - Kalangan aktivis dan organisasi peduli lingkungan mengecam rencana kebijakan pemerintah soal pengolahan sampah dengan teknologi termal atau pembakaran yang dinamakan Waste to Energy (W2E). Rencana itu dinilai gegabah dan perlu dikaji ulang karena polusi udaranya menyebarkan racun.

Organisasi peduli lingkungan yang menolak W2E tersebut, yakni Greenpeace Indonesia Balifokus, Indonesian Center for Environmental Law, Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat, KMDK Sugihmukti Lestari, Indonesia Diet Kantong Plastik, KRUHA, INFID, YPBB, Ecoton, YLKI, serta Komunitas Nol Sampah Surabaya.

Direktur Walhi Jawa Barat Dadan Ramdhan mengatakan pengolahan sampah yang ideal, yakni berbasis masyarakat. Warga yang memilah dan mengolah sampah, tidak seperti sekarang yang terpusat dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Untuk jangka pendek, pengolahan sampah masih memerlukan cara sanitary landfill seperti itu. Ke depan, buangan sampah ke TPA harus berkurang," ujarnya kepada Tempo, Kamis, 24 Desember 2015.

Pengolahan sampah di komunitas warga bisa mencakup per rukun warga (RW) atau kelurahan. Menurut Dadan, alat pengolahannya bisa memakai biodigester untuk menghasilkan gas metan atau pupuk cair.

Lewat siaran pers, gabungan organisasi peduli lingkungan tersebut mencemaskan rencana penggarapan proyek W2E di sejumlah kota, seperti Kota dan Kabupaten Bandung, Palembang, Solo, Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Bali.

Mereka pun menampik konsep W2E dengan teknologi termal sebagai teknologi baru dan terbarukan. Mekanismenya dinilai seperti insinerator atau alat pembakar sampah.

Berdasarkan kajian dan riset dampak insinerator di luar negeri, teknologi tersebut menghasilkan emisi dan lepasan pencemar organik seperti dioksin (zat beracun), logam berat merkuri, timbal, dan arsenik, dari gas buang lewat cerobong alat.

Sebelum mewujudkan rencana W2E, mereka meminta pemerintah terlebih dulu melakukan kajian risiko kesehatan yang akan terjadi dan menyampaikan hasilnya kepada publik soal dampaknya pada kesehatan, kedaruratan, kecacatan, penyakit kanker, serta penyakit terkait dengan pernapasan yang dapat ditimbulkan.

Pernyataan sikap bersama tersebut menanggapi rencana pemerintah yang membahas W2E dalam rapat kerja kabinet awal Desember lalu.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

7 hari lalu

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

Di Bandung, Sheila on 7 akan mangung di Stadion Siliwangi. Awalnya stadion itu bernama lapangan SPARTA, markas tim sepak bola militer Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

17 hari lalu

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

Seorang wanita ditemukan tewas di Apartemen Jardin, Kota Bandung, diduga dibunuh pelanggannya

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

22 hari lalu

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

Salah satu aktivitas rekreasi yang bisa dilakukan bersama dengan keluarga ketika masa libur lebaranadalah berenang.

Baca Selengkapnya

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

27 hari lalu

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

Kepala Terminal Leuwipanjang Kota Bdung Asep Hidayat mengatakan, kenaikan jumlah penumpang di arus mudik Lebaran terpantau sejak H-7.

Baca Selengkapnya

Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

53 hari lalu

Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

Pakar ITB menengarai kemunculan monyet ekor panjang di Bandung akibat kerusakan habitat asli. Populasi mamalia itu juga tergerus karena perburuan.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

4 Maret 2024

Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

Macaca Fascicularis atau di Indonesia lebih dikenal monyet ekor panjang kerap bertindak agresif pada manusia, apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

3 Maret 2024

Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

Monyet turun gunung, termasuk monyet ekor panjang ini disebut-sebut menjadi pertanda akan terjadi suatu peristiwa, apa itu?

Baca Selengkapnya

4 Dugaan Sebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung Beberapa Hari Ini

29 Februari 2024

4 Dugaan Sebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung Beberapa Hari Ini

Sekelompok monyet ekor panjang berkeliaran di atap-atap rumah warga di Kota Bandung beberapa hari belakangan. Tanda bencana alam?

Baca Selengkapnya

Ketua KPPS di Kota Bandung Meninggal Usai Pemilu, Diduga Kelelahan

17 Februari 2024

Ketua KPPS di Kota Bandung Meninggal Usai Pemilu, Diduga Kelelahan

Selama pemilu, ada 345 orang petugas, termasuk KPPS yang terlibat proses pemilu mendapat pelayanan kesehatan selama pemilu berlangsung.

Baca Selengkapnya

Kelelahan, 183 Petugas KPPS di Kota Bandung Dirawat

15 Februari 2024

Kelelahan, 183 Petugas KPPS di Kota Bandung Dirawat

Seluruh petugas KPPS yang kelelahan tersebut ada yang mendapatkan perawatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Kota Bandung.

Baca Selengkapnya