Begini Kisah Rekan Salim Kancil yang Diteror, Mau Dibunuh!

Reporter

Senin, 2 November 2015 19:46 WIB

Aktivis lingkungan berunjuk rasa di Kantor Bupati Serang, Banten, 12 Oktober 2015. Dalam aksinya mereka mengecam pemerintah terkait pembunuhan Salim Kancil dan meminta peerintah untuk menutup penambangan pasir ilegal di Banten. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Lumajang - Abdul Hamid, warga Dusun Krajan II, Desa Selok Awar-awar, menerima ancaman pembunuhan dari Iwan, 21 tahun, seorang pemuda warga setempat. Ancaman pembunuhan itu berujung pada pelemparan batu ke jendela kaca depan rumah teman Salim Kancil dan Tosan, sesama warga yang menentang keberadaan aktivitas penambangan pasir di Pantai Watu Pecak.

Ditemui Tempo beberapa waktu lalu di rumah Salim Kancil, Hamid sempat bercerita ihwal aksi menentang penambangan pasir di desa tersebut. "Aksi protes terhadap penambangan sudah terjadi sejak lama, sekitar dua tahun lalu," kata Hamid.

Aksi protes itu diawali dengan ketika kedatangan alat berat berupa Bego di Pantai Watu Pecak sekitar dua tahun lalu. "Warga protes dan menolak Bego itu," kata Hamid.

Aksi penolakan tersebut dibalas dengan intimidasi yang dilakukan orang dekat Kepala Desa Hariyono. "Warga yang menolak sampai dibawakan celurit dan diancam mau dibunuh," kata Hamid.

Warga sampai semburat berlarian melihat sekelompok preman ini mengacungkan celurit. Akhirnya, upaya penambangan pasir saat itu gagal. Kemudian Kepala Desa mengundang para penggarap lahan sawah di pesisir Pantai Selok Awar-awar. "Para penggarap dikumpulkan di Balai Desa yang juga dihadiri Muspika Pasirian," kata Hamid.

Kepala Desa saat itu berencana membuat pariwisata. Hingga kemudian, disepakati oleh para penggarap lahan. Namun, sampai setahun, rencana untuk menggarap pariwisata itu tidak juga terwujud. "Malah pasirnya yang diambil terus," katanya. Hingga kemudian ada dua orang warga, yakni Sapari dan Mat, mengeluhkan sawahnya tidak bisa panen. Mereka melaporkan ke DPRD, tapi tak digubris.

Karena merasa tidak diperhatikan, kata Hamid, mereka kemudian berencana untuk ke Jakarta dan langsung mengadukan persoalan yang dihadapi warga ini ke pemerintah pusat.

"Ketika mau pergi ke Jakarta, kami bertiga bingung mau berangkat dengan uang dari mana," katanya. Akhirnya, Pak Sapari menjual gudel (anak kerbau) dan laku sekitar Rp 4 juta. Uang hasil menjual gudel kemudian digunakan untuk biaya ke Jakarta.

Akhirnya mereka ke kantor ICW karena yang ditambang itu tanah negara. "Menurut saya, itu termasuk korupsi," kata Hamid.

Ini termasuk pencurian. Setelah berada di ICW, dia kemudian diarahkan ke Walhi karena ini menyangkut persoalan lingkungan. "Setelah bertemu dengan Walhi, kami diminta menggarap lagi dari bawah," kata Hamid. Artinya menggarap dari bawah adalah mengadu lagi ke Pemerintah Kabupaten Lumajang. "Kami kirim surat ke bupati," kata Hamid.



DAVID PRIYASIDHARTA




Advertising
Advertising


Berita terkait

Taruna STIP Jakarta Tewas Dianiaya Senior, Polisi Ungkap Penyebabnya

23 jam lalu

Taruna STIP Jakarta Tewas Dianiaya Senior, Polisi Ungkap Penyebabnya

Polisi mengungkap penyebab terjadinya penganiyaan di Kampus STIP Jakarta yang menyebabkan seorang taruna tewas.

Baca Selengkapnya

Jenazah Taruna STIP Jakarta Diterbangkan ke Bali Hari Ini

23 jam lalu

Jenazah Taruna STIP Jakarta Diterbangkan ke Bali Hari Ini

Jenazah Taruna STIP Jakarta korban penganiayaan seniornya akan diterbangkan ke kampung halamannya hari ini.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

23 jam lalu

Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

Selain di Bekasi, kasus pembunuhan mayat dalam koper juga terjadi di Kuta, Bali

Baca Selengkapnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Senior Jadi Tersangka

1 hari lalu

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Senior Jadi Tersangka

Polisi menetapkan satu orang tersangka dalam kasus penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya seorang taruna STIP Marunda

Baca Selengkapnya

Kepala RS Polri Ungkap Hasil Autopsi Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior

1 hari lalu

Kepala RS Polri Ungkap Hasil Autopsi Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior

Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika, 19 tahun, tewas diduga dianiaya seniornya di toilet

Baca Selengkapnya

CCTV Rekam Rangkaian Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas

1 hari lalu

CCTV Rekam Rangkaian Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas

Polres Jakarta Utara telah menerima laporan polisi tentang tewasnya siswa tingkat satu di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP)

Baca Selengkapnya

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

16 hari lalu

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

Lahar dingin dari Gunung Semeru meningkatkan debot air daerah Sungai Regoyo di Lumajang. Warga sekitar mengungsi mandiri.

Baca Selengkapnya

Cerita di Balik Penemuan Jasad Pegawai Honorer Kementerian Terkubur di dalam Rumah di Bandung

19 hari lalu

Cerita di Balik Penemuan Jasad Pegawai Honorer Kementerian Terkubur di dalam Rumah di Bandung

Seorang pegawai honorer kementerian berusia 42 tahun dilaporkan hilang sejak 30 Maret 2024 lalu. Jasadnya ditemukan terkubur di dalam rumahnya.

Baca Selengkapnya

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

19 hari lalu

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus meningkat selama empat tahun terakhir. Badan Geologi menjelaskan sejumlah gejalanya.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Pembunuhan Wanita Enam Tahun Lalu di Makassar, Pelaku Suami Sendiri

21 hari lalu

Polisi Ungkap Pembunuhan Wanita Enam Tahun Lalu di Makassar, Pelaku Suami Sendiri

Polres Makassar mengungkap kasus pembunuhan seorang ibu rumah tangga berinisial J, 35 tahun, yang terjadi pada enam tahun lalu

Baca Selengkapnya