Bangun Jaringan, Pengelola Kebun Raya Asia Tenggara Bertemu

Reporter

Senin, 2 November 2015 18:12 WIB

Seekor binatang pengerat Tupai bermain pada dahan pohon di ruang terbuka hijau, di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (3/3). Hutan kota yang baik secara umum dapat dilihat dari pertumbuhan satwa, burung-burung, unggas, binatang liar dan menciptakan lingkungan yang sehat. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Para pengelola kebun raya di Asia Tenggara bertemu di Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Bali. Mereka membuat acara yang diberi nama Southeast Asia Botanic Gardens Network Meeting, yang berlangsung pada 2-5 November 2015.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Iskandar Zulkarnain di Bedugul, mengatakan beberapa negara di luar ASEAN seperti Jepang dan Meksiko juga mengirimkan perwakilan ke pertemuan itu. Hadir juga perwakilan dari Cina, Taiwan, Australia, Amerika Serikat, Inggris dan Seychelles.

Ancaman terhadap kelestarian keanekaragaman hayati di kawasan Asia Tenggara makin meningkat dan upaya konservasi tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. "Kekuatan jejaring kebun raya regional sangat perlu dikembangkan untuk lebih aktif lagi memperjuangkan dan menyuarakan konservasi tumbuhan di tingkat dunia," kata Iskandar Senin, 2 November 2015.

"Tak hanya itu, upaya konservasi setiap negara harus dilakukan secara serius, seperti Indonesia yang saat ini serius menyikapi pendataan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hayatinya," katanya.

Ia mengatakan Indonesia saat ini membuat berbagai kebijakan nasional terkait konservasi sumber daya hayati dalam Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP). "Termasuk pula berbagai legislasi terkait keanekaragaman ekosistem hingga keanekaragaman genetik," katanya.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Prof Dr Enny Sudarmonowati menjelaskan, Indonesia juga menjadi negara ke-26 yang meratifikasi Protokol Nagoya untuk melindungi sumber daya hayati.

Ia menjelaskan Protokol Nagoya mengatur akses pada sumber daya genetika dan pembagian keuntungan yang adil dari pemanfaatannya sesuai Konvensi Keragaman Hayati di suatu negara.

Ratifikasi Protokol Nagoya, menurut dia, memungkinkan pembagian manfaat sumber daya hayati secara adil dan seimbang bagi masyarakat dan penduduk lokal dan meningkatkan kerja sama multisektoral yang melibatkan masyarakat lokal, swasta dan lembaga internasional.

"Tantangannya adalah bagaimana membangun otoritas nasional yang bersifat multisektoral sebagai lembaga pengelola sumber daya genetika Indonesia," kata dia.


ANTARA

Berita terkait

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

2 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

24 hari lalu

BRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

Peneliti BRIN tengah mengembangkan metode baru daur ulang baterai litium. Diharapkan bisa mengurangi limbah baterai.

Baca Selengkapnya

Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

39 hari lalu

Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

Antropomorfisme memiliki arti pengenalan ciri-ciri manusia hingga empati kepada binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda mati.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

43 hari lalu

Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Masyarakat adat suku Awyu mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam sengketa izin lingkungan perusahaan sawit PT ASL di Boven Digoel, Papua Selatan.

Baca Selengkapnya

4 Bulan DPO, Mantan Pejabat Pemkab Bangka Tersangka Kasus Perambahan Hutan Ditangkap KLHK

54 hari lalu

4 Bulan DPO, Mantan Pejabat Pemkab Bangka Tersangka Kasus Perambahan Hutan Ditangkap KLHK

Tersangka Barlian merupakan aktor intelektual kasus perusakan dan perambahan hutan di kawasan hutan produksi Sungai Sembulan Bangka.

Baca Selengkapnya

Menteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi

13 Februari 2024

Menteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bertemu Duta Besar Norwegia Rut Kruger Giverin membahas capaian emisi.

Baca Selengkapnya

Pertemuan Anies Baswedan - Emil Salim, Mengenang Saat SMA Wawancara Menteri Lingkungan Hidup Itu

31 Januari 2024

Pertemuan Anies Baswedan - Emil Salim, Mengenang Saat SMA Wawancara Menteri Lingkungan Hidup Itu

Saat SMA, Anies Baswedan mewawancarai Emil Salim. Kini, mereka bertemu kembali untuk berdiskusi. Sehari sebelumnya, Ganjar bertemu Emil pula.

Baca Selengkapnya

Anies dan Ganjar Kompak Temui Emil Salim, Ada Apa?

29 Januari 2024

Anies dan Ganjar Kompak Temui Emil Salim, Ada Apa?

Capres Anies dan Capres Ganjar menemui mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Emil Salim jelang pencoblosan Pilpres. Ada apa?

Baca Selengkapnya

Temui Emil Salim, Ganjar Diskusi soal Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

28 Januari 2024

Temui Emil Salim, Ganjar Diskusi soal Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim

Selain persoalan lingkungan, Ganjar mengatakan dirinya juga membahas pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan

Baca Selengkapnya

Tim Kampanye Anies Baswedan Serukan Revisi UU Cipta Kerja

25 Januari 2024

Tim Kampanye Anies Baswedan Serukan Revisi UU Cipta Kerja

Tim kampanye tiga pasangan capres-cawapres bicara tentang perlindungan lingkungan hidup. Timnas Anies Baswedan menilai UU Cipta Kerja harus direvisi.

Baca Selengkapnya