TEMPO Interaktif, Surakarta:Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo --yang selama ini mendapat stigma negatif karena alumninya dituding sebagai teroris, Minggu (12/1), bersama-sama sejumlah tokoh berbagai agama dan golongan menyerukan persaudaraan damai, di Pagelaran Kraton Surakarta. Direktur Al Mukmin, Farid Ma'ruf, yang memberikan orasi perdamaian, mengajak seluruh komponen bangsa untuk tetap bersatu, menghindari fitnah, serta menolak setiap aksi kekerasan yang dilakukan oleh siapapun demi menjaga keutuhan bangsa. Farid Ma'ruf --yang datang sendirian dalam acara yang diikuti oleh sekitar 2.500 massa ini-- juga mengatakan bahwa Rasulllah Muhammad SAW memerintahkan agar umat manusia menjalankan empat hal di dalam kehidupan. Keempat hal tersebut, yaitu santun perkataan, menebarkan kedamaian, menjalin silaturrahmi, serta memberi makan kepada fakir miskin. "Kemiskinan dan kebodohan mendekatkan orang kepada kekufuran. Jadi, mari kita bersama-sama menyerukan perang terhadap yang namanya kemiskinan dan kebodohan. Kita berperang terhadap itu saja, jangan kepada yang lain-lain, apalagi memerangi Saudara," kata Farid, berapi-api. Tampak hadir dalam acara yang bertajuk "Temu Akbar Deklarasi 2003 Persaudaran Perdamaian Forum Lintas Agama dan Golongan Surakarta," itu, antara lain, Pendeta Bambang Mulyanto dari Badan Antar-Gereja Kristen Surakarta (BAGKS), KH Abdul Rozaq (Syuriah NU Kota Solo), Romo I Djanawasana Pr (Kevikepan Surakarta), Haksu Tjie Tjai Ing (Majelis Agama Khonghucu Indoenesia/MAKIN Solo). Selain itu, juga tampak Pendeta Sunarto (Parisadha Hindu Dharma), Bikhu Sri Tannavaro Mahatera (Budha), Romo J Mardiwidayat, SJ (Wisma Mahasiswa Surakarta), Iswahyudia Chon Hong Yen (Masyarakat Tionghoa), serta GPH Poeger (perwakilan dan Kraton). Sejumlah orang asing dari Mennonite World Conference juga mengikuti acara ini. Sebelumnya, Kapolwil Surakarta, Kombes Hasyim Irianto, yang membuka acara tersebut, mengatakan kerawanan di Solo cukup besar sehingga harus diantisipasi. Menurut dia, selama 3 bulan bertugas telah bermunculan gejolak di antaranya "Peristiwa Oktober", yakni saat polisi bermaksud menangkap Amir Majelis Mujahiddin, Abu Bakar Ba'asyir. "Saat itu sangat dilematis, termasuk juga cobaan saat pengamanan puasa, Idul Fitri maupun Natal," ujar Hasyim. Sementara itu, naskah deklarasi yang dibacakan oleh KH Abdul Rozaq Shofawi, Forum Lintas Agama dan Golongan Surakarta menegaskan bahwa perdamaian adalah hak dan kewajiban setiap individu tanpa memadang perbedaan agama dan golongan. Oleh karena itu, perdamaian harus diusahakan, dipelihara dan dikembangkan dengan meliputi berbagai aspek kehidupan, seperti HAM, keadilan, demokrasi, ekologi dan kesejahteraan ekonomi. "Perdamaian hanya bisa berlangsung dan langgeng bila masyarakat dibangun atas dasar prinsip keadilan, kebenaran dan cinta persaudaraan," seru para tokoh agama dan golongan ini. (Imron Rosyid-Tempo News Room)