Ini Alasan Indonesia Bergabung dalam Kemitraan Trans Pasifik
Editor
Yuliawati
Selasa, 27 Oktober 2015 13:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Indonesia akan bergabung dengan Trans Pacific Partnership (TPP) atau Kemitraan Trans Pasifik. Alasannya, Indonesia, dengan populasi 250 juta jiwa, menganut paham ekonomi terbuka.
“Indonesia memiliki potensi ekonomi terbesar di Asia Tenggara,” ujar Jokowi dalam rilisnya saat pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Washington, DC, Senin, 26 Oktober 2015.
Menurut Presiden Jokowi, Indonesia merupakan negara dengan potensi ekonomi digital yang sangat besar di dunia. Bahkan ia telah menetapkan target membuat ekonomi digital sebagai salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi masa depan Indonesia. “Saya juga mengajak Amerika Serikat untuk bekerja sama dalam bidang ini,” katanya.
Kemitraan Trans Pasifik merupakan perjanjian dagang yang rangkaian perundingannya dimulai pada Maret 2010. Ketika itu, perundingan melibatkan tujuh negara, yakni Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, Cile, Selandia Baru, Peru, dan Singapura. Jumlah anggota Kemitraan Trans Pasifik terus bertambah. Sebelum Indonesia, negara yang telah bergabung adalah Malaysia, Meksiko, Kanada, dan Jepang.
Jokowi dan Obama juga berkomitmen memperkuat dan memperluas hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat. “Kemitraan strategis ini sebagai simbol peningkatan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat,” ujarnya.
Jokowi mengatakan sudah mendiskusikan lebih jauh isu perubahan iklim dengan Obama. Ia menyepakati kerja sama dalam menangani masalah iklim, terutama di Indonesia. “Kami memiliki tantangan besar sekarang. Kami memiliki kebakaran gambut dan upaya untuk memadamkannya cukup menantang,” katanya.
ABDUL AZIS